Pages

Wednesday 29 February 2012

Belajar Kehidupan


Aku belajar lebih banyak diam daripada lebih banyak berbicara
Belajar bersabar dari sebuah kemarahan
Belajar mengalah dari sebuah keegoisan
Belajar menangis dari sebuah kebahagiaan
Dan belajar tegar dari sebuah kehilangan

Hidup adalah belajar
Belajar bersyukur meskipun tak cukup
Belajar ikhlas meskipun tak rela
Belajar taat meskipun berat
Belajar memahami meskipun tak sehati
Belajar sabar meski terbebani
Belajar setia meski tergoda
Belajar memberi meski tak seberapa
Belajar mengasihi meski disakiti
Belajar tenang meski gelisah
Belajar percaya meski susah
Belajar tetap tabah meski badai cobaan datang menerpa
Karena.... hidup adalah proses belajar dan terus belajar


Say Yuswantrio
 

Wednesday 15 February 2012

Aku Mencintaimu Hari Ini



Aku mencintaimu dengan segala apa yang kau miliki. Apapun itu, sifatmu yang periang dan kocak, walau kadang suka bercanda tak tepat waktu atau tak tepat sasaran, playboy mungkin, atau masa lalumu. Yang pasti... sifatmu yang kemarin menjadikan kau hari ini begitu aku cintai.

Ikrarku, aku akan mencintaimu hari ini.

Mencintaimu hari ini, berarti melupakan dan memaafkan kesalahan juga kelemahan di waktu lalu, pun itu sedetik yang lalu. Mencintaimu hari ini berarti juga selalu melihat kelebihan dan sifat baik, atau moment yang indah saat dilalui bersamamu untuk merajut masa depan.

Aku tak akan peduli dengan apa yang orang katakan tentangmu. Karena bagiku, kau adalah segalaku. Kau akan selalu baik di mataku. Setidaknya, dengan cara itulah aku ingin membahagiakanmu

Aku mencintaimu, dengan segenap jiwaku. Kau adalah, Bintang.

Bintang tetaplah berpijar menerangi alam raya. Seluruh alam berhak mendapatkan kilaunya sinarmu. Namun aku tau, jika kau memiliki keinginan, aku yakin keinginanmu hanyalah untuk menerangi hatiku.


 

Thursday 9 February 2012

Resep Mesra Rasululloh

 
Rasulullah adalah sosok suami yang paling mesra terhadap istri-istrinya. Berikut beberapa tips untuk menjaga kemesraan yang dikompilasi dari hadis-hadis dan riwayat yang menceritakan Rasulullah SAW.

1. Suami membukakan pintu untuk istrinya, baik di kendaraan, rumah, maupun yang lain

Istilah yang cukup akrab di telinga kita, yang katanya orang-orang modern ini “Ladies First” ternyata sudah dilakukan Rasulullah sejak berabad-abad yang lalu, disaat kebudayaan lain di dunia menganggap wanita lebih rendah, bahkan diragukan statusnya sebagai “manusia”.

Dari Anas, dia berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi SAW menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah. Kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki unta tersebut.” (HR Bukhari)

2. Mencium istri ketika pergi dan datang

Sungguh hal yang romantis dan bisa menimbulkan rasa kasih sayang jika kita bisa membiasakan mencium istri/suami ketika hendak bepergian atau baru pulang.

Dari ‘Aisyah ra, bahwa NabiSAW biasa mencium istrinya setelah wudhu’, kemudian beliau shalat dan tidak mengulangi wudhu’nya.”(HR ‘Abdurrazaq)

3. Makan/minum sepiring/segelas berdua

Dari Aisyah RA, ia berkata : Saya dahulu biasa makan his (sejenis bubur) bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam “ (HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod)

Dari Aisyah Ra, ia berkata : Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum (HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur, dan riwayat lain yang senada dari Muslim.)

Nabi saw pernah minum di gelas yang digunakan Aisyah. Beliau juga pernah makan daging yang pernah digigit Aisyah.(HR Muslim No. 300)

Bahkan keberkahannya dijamin,

Diriwayatkan Abu Hurairah : “Makanan berdua cukup untuk tiga orang, makanan tiga orang cukup untuk empat orang” ( HR Bukhori (5392) dan Muslim (2058))

4. Suami menyuapi istri

Dari Saad bin Abi Waqosh ra berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : “Dan sesungguhnya jika engkau memberikan nafkah, maka hal itu adalah sedekah, hingga suapan nasi yang engkau suapkan ke dalam mulut istrimu“ (HR Bukhori (VI/293) dan Muslim (V/71)

5. Berlemah lembut, melayani/menemani istri yang sedang sakit (memanjakan istri sakit)

Diriwayatkan oleh Aisyah ra, nabi SAW adalah orang yang penyayang lagi lembut. Beliau orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. (HR Bukhari No 4750, HR Muslim No 2770)

6. Bersenda gurau dan membangun kemesraan

Aisyah dan Saudah pernah saling melumuri muka dengan makanan. Nabi SAW tertawa melihat mereka. (HR Nasai dengan isnad hasan)

Dari Zaid bin Tsabit berkata tentang Rasulullah : suka bercanda dengan istrinya (HR Bukhari)

7. Menyayangi istri dan melayaninya dengan baik

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda: Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya (HR.Tirmidzi, Ibnu Hibban, hadits hasan shahih).

8. Memberi hadiah

Dari Ummu Kaltsum binti Abu Salamah, ia berkata, “Ketika Nabi SAW menikah dengan Ummu Salamah, beliau bersabda kepadanya, Sesungguhnya aku pernah hendak memberi hadiah kepada Raja Najasyi sebuah pakaian berenda dan beberapa botol minyak kasturi, namun aku mengetahui ternyata Raja Najasyi telah meninggal dunia dan aku mengira hadiah itu akan dikembalikan. Jika hadiah itu memang dikembalikan kepadaku, aku akan memberikannya kepadamu.” Ia (Ummu Kultsum) berkata, “Ternyata keadaan Raja Najasyi seperti yang disabdakan Rasulullah SAW, dan hadiah tersebut dikembalikan kepada beliau, lalu beliau memberikan kepada masing-masing istrinya satu botol minyak kasturi, sedang sisa minyak kasturi dan pakaian tersebut beliau berikan kepada Ummu Salamah.” (HR Ahmad)

9. Tetap romantis walau istri sedang haid

Haid, adalah sesuatu yang alamiah bagi wanita. Berbeda dengan pandangan kaum Yahudi, yang menganggap wanita haid adalah najis besar dan tidak boleh didekati.

Ketika Aisyah sedang haid, Nabi SAW pernah membangunkannya, beliau lalu tidur dipangkuannya dan membaca Al Qur’an (HR Bukhari no 7945)

10. Mengajak istri makan di luar

Mungkin kebanyakan kita, lebih suka pergi bersama teman-teman, meninggalkan istri di rumah. Nah yang ini mungkin familiar, saya suka bilang ama istri “nge-date” yuk! ini bisa membangkitkan romantisme berdua. Menikmati lingkungan disekitar.

Anas mengatakan bahwa tetangga Rasulullah SAW -seorang Persia- pintar sekali membuat masakan gulai. Pada suatu hari dia membuatkan masakan gulai yang enak untuk Rasulullah SAW. Lalu dia datang menemui Rasululiah SAW untuk mengundang makan beliau. Beliau bertanya: “Bagaimana dengan ini? (maksudnya Aisyah).” Orang itu menjawab: “Tidak.” Rasulullah SAW berkata: “(Kalau begitu) aku juga tidak mau.” Orang itu kembali mengundang Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bertanya: “Bagaimana dengan ini?” Orang itu menjawab: “Tidak.” Rasulullah kembali berkata: “Kalau begitu, aku juga tidak mau.” Kemudian, orang itu kembali mengundang Rasulullah saw. dan Rasulullah saw. kembali bertanya: “Bagaimana dengan ini?” Pada yang ketiga kalinya ini orang Persia itu mengatakan: “Ya.” Akhirnya mereka bangun dan segera berangkat ke rumah laki-laki itu.” (HR Muslim)

11. Mengajak istri jika hendak ke luar kota.

Biasanya para suami, kalau ada tugas ke luar kota, hal-hal seperti ini dijadikan kesempatan. Tapi tak ada salahnya kalau rejeki kita cukup, kita ajak istri kita pergi juga, tinggal bilang sama bos (syukur-syukur kalau bos mau bayarin hehehe..), kalo saya biasanya biaya sendiri.

Aisyah berkata: “Biasanya Nabi saw. apabila ingin melakukan suatu perjalanan, beliau melakukan undian di antara para istri. Barangsiapa yang keluar nama/nomor undiannya, maka dialah yang ikut pergi bersama Rasulullah saw.’ (HR Bukhari dan Muslim)

12. Menghibur diri bersama istri ke luar rumah (entertainment)

Dari Aisyah, dia berkata: “Pada suatu hari raya orang-orang berkulit hitam mempertontonkan permainan perisai dan lembing. Aku tidak ingat apakah aku yang meminta atau Nabi saw. sendiri yang berkata padaku: ‘Apakah aku ingin melihatnya?’Aku jawab: ‘Ya.’ Lalu beliau menyuruhku berdiri di belakangnya. Pipiku menempel ke pipi beliau. Beliau berkata: ‘Teruskan main kalian, wahai Bani Arfidah (julukan orang-orang Habsyah)!’ Hingga ketika aku sudah merasa bosan beliau bertanya: ‘Apakah kamu sudah puas?’Aku jawab: ‘Ya.’ Beliau berkata: ‘Kalau begitu, pergilah!’” (HR Bukhari dan Muslim)

13. Mencium istri sering-sering

Mencium istri dengan penuh kasih sayang, sangatlah mulia dan romantis. Berbeda dengan ciuman yang dilakukan karena nafsu seperti di film-film yang kebanyakan ada di layar kaca.

Nabi saw sering mencium Aisyah dan itu tidak membatalkan puasa (HR Nasai dalam Sunan Kubra II/204)

14. Suami mengantar istri

Kadang banyak dari kita malas mengantar istri kita bepergian. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jika istri saya keluar rumah sendirian, ada masalah di jalan dia kebingungan.

Shafiyyah, istri Nabi SAW, menceritakan bahwa dia datang mengunjungi Rasulullah saw. ketika beliau sedang melakukan i’tikaf pada hari sepuluh yang terakhir dari bulan Ramadhan. Dia berbicara dekat beliau beberapa saat, kemudian berdiri untuk kembali. Nabi saw. juga ikut berdiri untuk mengantarkannya.” (Dalam satu riwayat492 dikatakan: “Nabi SAW berada di masjid. Di samping beliau ada para istri beliau. Kemudian mereka pergi (pulang). Lantas Nabi saw. berkata kepada Shafiyyah binti Huyay: ‘Jangan terburu-buru, agar aku dapat pulang bersamamu’”) (HR Bukhari dan Muslim)

15. Suami istri berjalan dimalam hari

Duh, so sweet.. Jalan berdua menikmati keindahan alam.

Rasulullah datang pada malam hari, kemudian mengajak aisyah berjalan-jalan dan berbincang-bincang (HR Muslim 2445)

16. Panggilan khusus pada istri

Kadang kita memanggil istri kita, honey, yayank, dan seterusnya, dan seterusnya.. seperti itu pun Rasulullah.

Nabi saw memanggil Aisyah dengan Humairah artinya yang kemerah-merahan pipinya. Rasulullah juga suka memanggil aisyah dg sebutan “aisy/aisyi”, dalam culture arab pemenggalan huruf terakhir menunjukan “panggilan manja/tanda sayang”

17. Memberi sesuatu yang menyenangkan istri

Dari Said bin Yazid, bahwa ada seorang wanita datang menemui Nabi, kemudian Nabi bertanya kepada ‘Aisyah: “Wahai ‘Aisyah, apakah engkau kenal dia?” ‘Aisyah menjawab: “Tidak, wahai Nabi Allah.” Lalu, Nabi bersabda: “Dia itu Qaynah dari Bani Fulan, apakah kamu mau ia bernyanyi untukmu?”, maka bernyanyilah qaynah itu untuk ‘Aisyah. (HR. An Nasa’i, kitab Asyratun Nisa’, no. 74)

18. Memperhatikan perasaan istri

“Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan begitu pula dengan istrinya, maka Allah memperhatikan mereka dengan penuh rahmat, manakala suaminya merengkuh telapak tangan istrinya dengan mesra, berguguranlah dosa-dosa suami istri itu dari sela jemarinya” (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar- Rafi’ dari Abu Sa’id Alkhudzri r.a)

19. Segera menemui istri jika tergoda.

Dari Jabir, sesungguhnya Nabi saw pernah melihat wanita, lalu beliau masuk ke tempat Zainab, lalu beliau tumpahkan keinginan beliau kepadanya, lalu keluar dan bersabda, “Wanita, kalau menghadap, ia menghadap dalam rupa setan. Bila seseorang di antara kamu melihat seorang wanita yang menarik, hendaklah ia datangi istrinya, karena pada diri istrinya ada hal yang sama dengan yang ada pada wanita itu.” (HR Tirmidzi)

20. Berpelukan saat tidur

Tidak saya deskripsikan, soalnya ada yang belum merid lho? (HR Tirmidzi 132)

21. Membantu pekerjaan rumah tangga

Hal inilah yang kadang-kadang masih males. Tapi jika dikerjakan berdua, biasanya jadi tidak berasa, sambil becanda ataupun ngobrol-ngobrol.

Aisyah pernah ditanya: “Apa yang dilakukan Nabi saw. di rumahnya?” Aisyah menjawab: “Beliau ikut membantu melaksanakan pekerjaan keluarganya.” (HR Bukhari)

22. Mengistimewakan istri

Dari Anas, dia berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi SAW menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah.” (HR Bukhari)

23. Mendinginkan kemarahan istri dengan mesra

Nabi saw biasa memijit hidung ‘Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, Wahai ‘Aisy, bacalah do’a: ‘Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni)

24. Tiduran di pangkuan istri

Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Nabi SAW biasa meletakkan kepalanya di pangkuanku walaupun aku sedang haidh, kemudian beliau membaca al-Qur’an.” (HR ‘Abdurrazaq)

25. Mandi romantis bersama pasangan

Aisyah pernah mandi satu bejana bersama Nabi saw (HR Nasai I/202)

26. Disisir istri

Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Saya biasa menyisir rambut Rasulullah saw,saat itu saya sedang haidh”.(HR Ahmad)

27. Minum bergantian pada tempat yang sama

Dari ‘Aisyah ra, dia berkata, “Saya biasa minum dari muk yang sama ketika haidh, lalu Nabi mengambil muk tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat saya meletakkan mulut saya, lalu beliau minum, kemudian saya mengambil muk, lalusaya menghirup isinya, kemudian beliau mengambilnya dari saya, lalu beliau meletakkan mulutnya pada tempat saya meletakkan mulut saya, lalu beliau pun menghirupnya.” (HR ‘Abdurrazaq dan Sa’id bin Manshur)

28. Membelai istri

“Adalah Rasulullah saw tidaklah setiap hari melainkan beliau mesti mengelilingi kami semua (istrinya) seorang demi seorang. Beliau menghampiridan membelai kami dengan tidak mencampuri hingga beliau singgah ke tempat istri yang beliau giliri waktunya, lalu beliau bermalam di tempatnya.” (HR Ahmad)

Dan masih banyak tips lain yang bisa dilakukan sesuai kreatifitas Anda semua.

Nabi saw bersabda, “Yang terbaik di antana kalian adalah yang terbaik terhadap keluarga/istrinya. Dan saya adalah orang yang paling baik terhadap istri/keluargaku” (HR Tirmidzi).

Semoga bermanfaat. Semoga menjadi keluarga yg sakinah, mawadah, wa rohmah selalu. Amin..
 
share dari Arif Suryawan

Saturday 4 February 2012

Curahan Hati


"...Tak ada yang muluk dari obat flu dan air putih. Tapi kamu mempertanyakannya seperti putri minta dibuatkan seribu candi dalam semalam."

Sahabatku, usai tawa ini
Izinkan aku bercerita:

Telah jauh, ku mendaki
Sesak udara di atas puncak khayalan
Jangan sampai kau di sana

Telah jauh, ku terjatuh
Pedihnya luka di dasar jurang kecewa
Dan kini sampailah, aku disini...

Yang cuma ingin diam, duduk di tempatku
Menanti seorang yang biasa saja
Segelas air di tangannya, kala kuterbaring... sakit
Yang sudi dekat, mendekap tanganku
Mencari teduhnya dalam mataku
Dan berbisik : "Pandang aku, kau tak sendiri, oh dewiku..."
Dan demi Tuhan, hanya itulah yang kuinginkan
Itu saja ku inginkan

Sahabatku, bukan maksud hati membebani,
Tetapi...

Telah lama, kumenanti
Satu malam sunyi untuk ku akhiri
Dan usai tangis ini, aku kan berjanji...

Untuk diam, duduk di tempatku
Menanti seorang yang biasa saja
Segelas air di tangannya, kala ku terbaring... sakit
Menentang malam, tanpa bimbang lagi
Demi satu dewi yang lelah bermimpi
Dan berbisik : "Selamat tidur, tak perlu bermimpi bersamaku..."

Wahai Tuhan, jangan bilang lagi itu terlalu tinggi 


dee

Cukup Cintai Dalam Diam



Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, 
cukup cintai ia dalam diam...
karena diamku adalah salah satu bukti cintaku padanya...

Ku ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang, 
ku tak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya...


karena diamku memuliakan kesucian diri dan hatiku... 
menghindarkan diriku dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahku...


karena diamku bukti kesetiaanku padanya...
karena mungkin saja orang yang ku cinta adalah juga orang yang telah Allah SWT pilihkan untukku...
Ingatkah kita tentang kisah Fatimah dan Ali?
yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan...
tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah


karena dalam diamku tersimpan kekuatan... kekuatan harapan... 
hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintaku yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata...

Bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap padaNya?


dan jika memang 'cinta dalam diam' itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata,
ku biarkan ia tetap diam...


Jika dia memang bukan milikku, toh Allah, melalui waktu akan menghapus 'cinta dalam diam' itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat ...


Biarkan 'cinta dalam diam' itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatiku menjadi rahasia antara aku dengan Sang Pemilik hatiku ...

Jakarta, 3 Februari 2012

Mencintai Sejantan 'Ali



Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya.

Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.

Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta.

Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama,mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.

Ini yang tak mungkin dilakukan anak kurang pergaulan seperti ’Ali. Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.

Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaAllah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.

”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.

Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa,seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka,seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn Al Khaththab.

Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan,sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin?
Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar”. Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.

Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam.
Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”

’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu menyeruak. Lamaran ’Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah?

Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya.
Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.

”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.
Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!”
Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung.
Apa maksudnya?
Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan.
Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko.
Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar t***l! T***l!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”
Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang.
Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel,“Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”

Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali.

Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”

‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? dan Siapakah pemuda itu” Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”

Kita bisa belajar lebih jauh dari ‘Ali dan Fathimah bahwa ternyata keduanya telah memiliki perasaan yang sama semenjak mereka belum menikah tetapi dengan rapat keduanya menjaga perasaan itu.
Perasaan yang insyaAllah akan indah ketika waktunya tiba.

Ayah, I Love You



Ssst.. tau gak siii..? ternyata ayah itu MENAKJUBKAN!!!!

Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya,menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun - dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya.

Ayah hanya menyuruhmu mengerjakan pekerjaan yang kamu sukai. Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil, tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar. Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret. Ayah selalu tepat janji!


Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun ajakanmu untuk pergi memancing sebenarnya lebih menyenangkan. Ayah akan tetap memasang kereta api listrik mainanmu selama bertahun-tahun, meskipun kamu telah bosan, karena ia tetap ingin kamu main kereta api itu.

Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil mereka.

Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil (mengandungmu), tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi. Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan dia pun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung di atas air setelah ia melepaskanya.

Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya. Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia tampak lucu dan menyayangi. Ayah sulit menghadapi rambutnya yang mulai menipis.... jadi dia menyalahkan tukang cukurnya menggunting terlalu banyak di puncak kepala *_~


Ayah akan selalu memelihara janggut lebatnya, meski telah memutih, agar kau bisa "melihat" para malaikat bergelantungan di sana dan agar kau selalu bisa mengenalinya. Ayah selalu senang membantumu menyelesaikan PR, kecuali PR matematika terbaru. Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup. Ayah benar-benar senang membantu seseorang...  tapi ia sukar meminta bantuan. Ayah terlalu lama menunda untuk membawa mobil ke bengkel, karena ia merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya.

Ayah di dapur. Membuat memasak seperti penjelajahan ilmiah. Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan rumit itu. Dan hasilnya?... mmmmhhh..." tidak terlalu mengecewakan" ^_~

Ayah akan sesumbar, bahwa dirinyalah satu- satunya dalam keluarga yang dapat memasak tumis kangkung rasa barbecue grill. *_~  Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar dengan cepat.

Ayah sangat senang kalau seluruh keluarga berkumpul untuk makan malam... walaupun harus makan dalam remangnya lilin karena lampu mati. Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi tidak takut.

Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu di bahunya, ketika pawai lewat. Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya. Ayah menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya. Ayah percaya orang harus tepat waktu, karena itu dia selalu lebih awal menunggumu di depan rumah dengan sepeda tuanya, untuk mengantarkanmu di hari pertama masuk sekolah.

AYAH ITU MURAH HATI..... Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang kamu butuhkan.... Ia membiarkan orang-orangan sawahmu memakai sweater kesayangannya..... Ia membelikanmu lollipop merk baru yang kamu inginkan, dan ia akan menghabiskannya kalau kamu tidak suka..... Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin bicara...

Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya.... Bahkan dia akan senang hati mendengarkan nasehatmu untuk menghentikan kebiasaan merokoknya.... Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya di sekeliling beban itu....

Ayah akan berkata, "tanyakan saja pada ibumu" Ketika ia ingin berkata "tidak". Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin. Dan dia pun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya kepergok menghisap rokok di kamar mandi. Ayah mengatakan "tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan"

Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan sesuatu persis seperti caranya.... Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri.... Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.

Ayah mengira seratus adalah tip... Seribu adalah uang saku... Gaji pertamamu terlalu besar untuknya... Ayah tidak suka meneteskan air mata.... ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertamakalinya, dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya (ssst... tapi sekali lagi ini bukan menangis)

ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasatakutmu...ketika kau mimpi akan dibunuh monster...tapi.....ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjangmalam, ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabarselama hampir satu bulan.

Kalau tidak salah ayah pernah berkata : "Kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkualitas tinggi, janganlah mencarinya di pasar apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. Begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu, jika kau ingin mendapatkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya"

Untuk masa depan anak lelakinya Ayah berpesan: "Jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih baik dari ibumu, berikan yang lebih baik untuk menantu dan cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu"

Dan untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan :" Jangan cengeng meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu"

Ayah bersikeras, bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik daripada kamu dulu.... Ayah bisa membuatmu percaya diri... karena ia percaya padamu... Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba melakukan yang terbaik.... Dan terpenting adalah... Ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Alloh, bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya, karena dia pun mencintaimu karena cintaNya.

Jazakallah bil jannah untuk setiap peluh yang kau teteskan, untuk setiap kerut dahimu yang tak sempat ku hitung, untuk setiap jaga sepanjang malam ketika aku sakit dan ketika kau merindukanku, untuk tumis kangkung paling lezat sedunia, untuk tempat duduk terbaik di bahumu yang begitu kekar ketika aku ingin melihat pawai, untuk tetes "air mata laki-laki " yang begitu mahal ketika kau khawatirkan aku, untuk kepercayaanmu padaku, meski seringkali ku khianati. Tak akan pernah bisa terbalas segalanya, kecuali dengan....... jazakallah bil jannah, "semoga Allah mengganti semuanya dengan syurga, semoga bisa kubayar dengan syurga yang Alloh beri, semoga...... .."

Dan untuk semua yang sedang merindukan Ayah, ssssssssttt...! Tau gak siii? Ternyata ayah itu benar-benar MENAKJUBKAN

Friday 3 February 2012

Selamat Ulang Tahun, Neng Ule



Hmmm, sejak tengah malam pergantian hari hingga saat ini, pesan juga doa melalui YM, sms dan telpon langsung, notifikasi imel dari jejaring sosial, juga timeline di facebook memenuhi ruang hidupku dengan ucapan selamat ulang tahun berbagai versi. Ahhhh... ternyata waktu itu sangat pendek, usiaku sudah berkurang lagi satu tahun.

Semacam mengenang elegi di masa lalu, untuk mengukir kisah di masa depan, ingin aku bercerita mengenai sepenggal kisah hidupku.

Aku tumbuh menjadi seorang gadis cilik yang hampir selalu ceria dan aktif. Seolah tak mengenal rasa lelah, hari-hariku di sekolah dasar selalu ku habiskan untuk berlama-lama di sekolah, untuk latihan dan lomba Pramuka. Kala itu, aku selalu merasa bangga kalo saat upacara atau pengumuman, nama reguku di sebut-sebut telah menyabet piala dan disalami oleh kakak-kakak kelas juga adik-adik kelas dan guru. Ah... betapa menjadi orang terkenal itu menyenangkan.

Dengan kondisi kesehatanku yang sering sakit-sakitan, badan yang sangat kurus, tak mengurangi kesibukanku menjalani hari sebagai salah satu bintang kelas, juga bintang lapangan lomba. Aku punya kakak pembina, Kak Adi yang sangat baik dan perhatian. Di sela-sela istirahat selalu mengingatkanku makan agar maag ku tidak kambuh. Bahkan sering Kak Adi ku ini menyuapiku dan memijit pergelangan tanganku. Semoga Alloh selalu menjaga dan memberkahi hidup Kakak.

Masa SD aku lalui dengan manis, teramat manis. Namun berbeda dengan SMP. Mungkin karena sakit yang cukup parah menderaku setelah lulus SD, memaksaku untuk tidak mengikuti Masa Orientasi Siswa di sekolah baruku. Aku merasa aku tak mengenal kawan-kawanku. Aku masuk kelas baru dengan canggung, tak mengenal siapa-siapa, tak tahu apa yang sedang jadi trend topic, tak tahu kabar-kabar dan gosip yang sedang hot di sekolah. Padahal, sesungguhnya kakak pembinaku di SD telah menitipkan aku ke kakak pembina ekskul Pramuka di SMP ku. Namun ya itu, aku merasa aku tak mengenal siapapun, dan aku merasa lingkungan sulit menerimaku yang tiba-tiba saja menjadi canggung. Dan aku juga tak punya ongkos lebih untuk meluangkan waktu di hari Minggu untuk mengikuti ekskul. Saat itu perekonomian keluargaku mulai morat-marit. Tentunya, aku tetap mensyukuri apa yang ada saat itu.

Bisa jadi sikap canggung, tidak pede, dan minder adalah akibat permasalahan keluarga yang muncul saat aku SMP. Keluarga yang sempat berantakan menjadikan ku mungkin tak tahu arah. Tapi untunglah, canggung, tidak pede, dan minder tidak menjadikanku orang yang bodoh. Aku tetap bisa berprestasi, setidaknya dengan cara begitu aku merasa aku memiliki teman. Dan masalah keluarga yang pernah timbul, seiring waktu berjalan pun reda dengan sendirinya. Akhirnya, aku merasa semuanya kembali normal, kini.

Lulus SMP, aku masuk SMU yang cukup berprestasi. Aku mencoba memasuki dunia baru dengan cara yang jauh lebih elegan, dengan berusaha menghilangkan sikap minderku. Ku fikir aku cukup berhasil, setidaknya meskipun aku tidak punya teman setia untuk kongkow, tapi aku memiliki lebih banyak teman. Sedikit bisa mencurahkan ekspresi, terutama dengan teman-temanku di kelas sosial. Aku beruntung aku keukeuh masuk kelas IPS, meskipun guru pembimbing memintaku untuk masuk kelas IPA. Ku fikir, aku membutuhkan kelas sosial untuk bisa lebih cantik dalam berinteraksi disamping aku merasa aku sangat jago akuntansi. Dalam prinsipku, aku selalu mengutip pernyataan Mr. Ginting, guru matematika di sekolah, katanya, "Lebih baik menjadi bunga mawar yang indah di kelas IPS daripada menjadi duri di kelas IPA". Ah, meskipun sesungguhnya pernyataan itu lebih tepat diperuntukkan bagi orang berkemampuan bilangan rendah yang memaksakan diri masuk IPA, tapi aku menyukai quote tersebut. Maka aku ikrarkan diri untuk menjadi sekuntum bunga mawar yang merekah indah. Dan pilihanku tidak salah.

Akhir-akhir menjelang kelulusan SMU, bahkan memasuki ujian awal di kelas 3, aku terkadang iri melihat teman-temanku sibuk memepersiapkan diri untuk memasuki jenjang kuliah. Mereka sibuk mendaftar les di mana-mana, di beberapa tempat sekaligus bahkan. Atau rajin mengikuti Try Out setiap hari Minggu. Ah.. aku ingin sekali seperti mereka, aku juga ingin kuliah. Namun kondisi keuangan orang tuaku aku fikir belum mampu untuk menyekolahkanku lebih tinggi, sehingga aku tak berani bermimpi, apalagi berharap.

Namun Alloh Maha Kuasa atas segala rencana hidupku. Di tengah permasalahan keluarga yang belum selesai kala itu, rumah harus dijual karena rumah di gang buntu sudah tidak menjamin keamanan yang kian menurun di tempatku tinggal. Aku berharap ada sedikit sisa dari hasil penjualan rumah untuk bisa ku pakai kuliah, setidaknya cukup untuk registrasi nanti. Aku memohon kepada mamih juga babeh agar aku bisa kuliah. Dan aku pernah berjanji, bahwa mamih dan babeh cukup memberikan aku uang untuk registrasi saja, aku akan kuliah dengan biayaku sendiri, atau jika belum mampu membiayai seluruhnya, aku akan tetap berusaha memenuhi kebutuhan kuliahku sendiri.

Cukup alot persetujuan dari kedua orang tuaku, tapi untunglah aku memiliki Teteh yang selalu memperjuangkanku untuk kuliah. Teteh berhasil meyakinkan mamih dan babeh agar aku diberikan kesempatan untuk kuliah, katanya sayang sekali jika prestasiku di sekolah sebagai penyabet NEM tertinggi di sia-sia kan begitu saja. Akhirnya aku pun berkesempatan untuk kuliah, dengan satu syarat hanya kuliah di universitas negeri. Aku sangat ingin kuliah di Jurusan Ilmu Politik di UI atau UGM sana, atau jurusan akuntansi UNPAD dengan title S.Ak. Namun orang tua tak mengizinkanku tinggal jauh dari mereka. Aku kembali dihadapkan pada pilihan kuliah di universitas negeri di Bandung atau tidak kuliah sama sekali. Maka aku memilih Akuntansi Unpad dan Pendidikan Akuntansi UPI, sebuah pilihan kedua yang tidak kuinginkan. Menjadi seseorang bertitle SPd bukanlah keinginanku. Ah lagi-lagi Alloh punya rencana lain. Aku malah masuk di pilihan kedua ku tersebut.

Pada awal mula pengumuman kelulusan di koran, aku sempat menjadi orang yang tidak bersyukur. Aku kecewa aku hanya tembus di pilihan kedua. Tapi untunglah, beberapa kawan di "pengajian terlarang" mengingatkan ku untuk mensyukuri kelulusanku ini. Salah satunya Kang Andri, dia mengingatkanku, bahwasanya di luar sana ribuan orang memperebutkan bangku kuliah seperti aku, tapi mereka kurang beruntung karena kursi yang diperebutkan Alloh takdirkan menjadi milikku. Ah, benar juga pernyataannya, maka aku pun merubah paradigma berfikir dan berusaha enjoy dengan kehidupanku di bangku kuliah, di UPI yang notabene akan mencetak seseorang sebagai profesi guru.

Dan benar saja, dengan kuliah di jurusan pendidikan, aku bisa menghasilkan sebelum aku lulus. Pagi atau sore hari ketika aku gak ada kuliah aku akan bekerja membantu orang tua ku di pasar, dan malamnya atau di hari Minggu, aku bisa mengajar les buat adik-adik di SMP, juga adik-adik SMU. Hasilnya lumayan lah.... walaupun belum bisa membiayai kuliahku sepenuhnya, tapi setidaknya aku bisa beli buku-buku kuliah bajakan, foto copy handout, atau sekedar mengerjakan tugas untuk berlama-lama di warnet menggunakan uangku sendiri. Alloh mengetahui apa yang terbaik bagi ummatnya.

Menjadi seorang tenaga pengajar banyak memberikan hikmah untuk hidupku, menjadikan aku merasa sangat berguna bagi orang lain. Ya, ilmu yang diajarkan tidak menjadikan kita kekurangan, bahkan sebaliknya justru menjadikan kita semakin kaya ilmu dan haus akan ilmu-ilmu baru. Sebuah kisah, salah satu muridku sempat minder karena berasal dari keluarga kaya, orang tua sukses, namun dirinya tidak bisa masuk kelas IPA. Aku sering menasihatinya, bahwa masuk kelas IPS bukanlah aib, dan kita bisa tunjukkan bahwa kita juga bisa memberikan kebanggaan meskipun masuk kelas IPS. Dan benar saja, seiring berjalannya waktu dan keseriusannya dalam belajar, muridku ini menjadi contoh di kelasnya untuk mata pelajaran akuntansi bahkan muridku ini didaulat sekolah untuk maju di Olimpiade Akuntansi. Aku bangga. Aku senang melihatnya bahagia, meskipun belum menyabet juara, tapi kepercayaan diri yang timbul menjadikannya yakin untuk serius di dunia Akuntansi. Ada juga kisah-kisah perjuangan anak-anak SD di daerah Rawa Meneng, Blanakan - Subang yang bersekolah di tempat yang butut juga lingkungan prostitusi. Ah, semoga Alloh melindungi kalian, menjadikan kalian semua anak-anak bangsa yang arif, tak tergiur hedonisme lingkungan kalian.

Berbekal sedikit pengalaman kerja dan magang di beberapa tempat, kemudian menggiringku untuk memasuki Rumah Zakat. Banyak cerita unik mengawali perkenalanku dengan lembaga yang satu ini. Di Rumah Zakat aku diajari untuk bermimpi, suatu hal yang aku tak pernah berani untuk lakukan. "Impian harus menyala dengan apapun yang kita miliki, meskipun yang kita miliki tidak sempurna, meskipun itu retak-retak." Aku diajarkan untuk bagaimana mengelola hidup dan merencanakan masa depan. Aku belajar memetakan hidupku hingga puluhan tahun ke depan.

Juga di lingkungan yang Islami, menjadikan aku semakin dekat denganMu, Ya Rabbi. Ya.. meskipun dari sekain banyak amil yang ada, aku sadari kalau aku termasuk amil yang bengal, bukan sebagai seorang penghafal quran seperti rekan-rekanku. Tapi aku berusaha agar kian hari hidupku jauh lebih baik, jauh lebih bermanfaat bagi orang lain. Aku selalu teringat perkataan Abu Syauki, bahwa lembaga dan orang-orang didalamnya akan senantiasa mengajak kepada kebaikan, dan tak hanya mengajak melainkan juga akan menjerumuskan atau memaksa sobat zakat untuk masuk ke surga. Kurang lebih seperti itulah bahasanya.

Di Rumah Zakat ini aku merasa aku menemukan banyak saudara. Bahkan waktuku yang hampir selalu ku habiskan di kantor, menjadikan aku dan team keuangan ibarat saudara sedarah. Satu sama lain sudah saling mengenal karakter masing-masing, sehingga memudahkan dalam hal komunikasi dan treatmentnya mana kala salah satu di antara kita sedang bete. Di hari libur, bukannya istirahat di rumah malah main bersama team keuangan, sekedar ngelayap atau kongkow makan-makan di suatu tempat. Bahkan, kalo cuti bukannya bisa menikmati hari libur malah sakit, mungkin karena motto di Divisi Keuangan, "anak keuangan tidak boleh cuti".
Sering kita berceloteh bahwa syarat sahnya orang keuangan adalah, manakala dia bermimpi balancing, yaitu mimpi berhasil menyeimbangakan nerasa keuangan atau mencari selisih yang menyebabkan neraca tidak seimbang. Hahaha. Tapi inilah kenyataan, hampir semua orang-orang di keuangan pernah mengalami mimpi seperti ini, saking menjiwai pekerjaannya.

Grand design dan strategi jangka panjang perusahaan meng-create suatu kondisi baru, yang kemudian impact-nya mau tidak mau, aku harus siap untuk dipindahkan ke entitas lain. Ah, dengan perusahaan yang lain dengan kota yang berbeda, betapa aku merindukan temen-temanku. Aku belum berhasil menemukan teman-teman yang begitu mengerti diriku seperti kalian. Life must go on. Tetehku, Teh Catur selalu menyemangatiku bahwa aku bisa berbuat yang terbaik. Ya, aku bisa, pasti bisa, Insya Alloh.

Kini di hari ulang tahunku, aku merasa agak sepi. Biasanya hingar bingar ucapan selamat, sun pipi kiri dan kanan, kue ulang tahun dan surprise-surprice selalu membanjiri hari miladku. Hahaha.... Bolehlah sedikit berharap.

Tapi di milad ku kali ini, aku rasanya tak menginginkan kado apalagi kado mahal. Aku butuh yang lebih abstrak, tapi mengena di hati. Mungkin mengajakku menikmati kemesraan hujan, menikmati indahnya bintang-bintang yang bertebaran di langit. Ke Boscha mungkin, satu hal yang belum pernah ku lakukan. Atau sekedar menemaniku bermain sepeda. Sederhana bukan, just menemaniku bersepeda. Dan betapa bahagianya saat mimpi yang satu ini terwujud beberapa minggu yang lalu sebelum hari ulang tahunku tanpa kuungkap keinginanku padanya. Terima kasih buat yang di sana, yang sudah mewujudkan mimpiku. Semoga Alloh selalu menjagamu, mengobati kerinduanmu, dan selalu melingkupimu dengan kebahagiaan. Hahay, melangkolis sekali. Kalian boleh tertawa, tapi biarlah......

Terima kasih untuk semua yang masih selalu mengingatku di hari ulang tahunku. Kedua orang tuaku, aku bukanlah siapa-siapa tanpa kalian. Meskipun kalian selalu melupakanku di hari ulang tahunku, tidak mengapa. Cinta yang tulus dari mamih juga babeh selalu terasa hingga kini, hingga aku dewasa. Pesona kalian selalu mewarnai relung hati terdalam. Terima kasih mamih, terima kasih babeh. I love you both. Doa dari kalian yang mungkin tidak pernah terucap tapi aku yakin, sesungguhnya sikapmu kepadaku selalu mendoakanku yang terbaik, kira-kira mungkin begini doa nya :


Wahai anakku tercinta,
Tetapkanlah Islam sebagai agamamu.
Tetapkanlah Allah sebagai Tuhanmu, dan tiada yang lain selain Dia.
Tetapkanlah Muhammad sebagai Nabi dan Rasulullah.
Tetapkanlah Al Quran sebagai kitab dan penuntunmu.
Wahai cahaya hatiku,
Ucap dua kalimah syahadat di setiap desah nafasmu.
Sembahyanglah lima waktu dalam hari harimu.
Berpuasalah sebulan dalam bulan Ramadhan.
Tunaikanlah haji ke Baitullah Rumah Allah jikalau kau mampu.
Tunaikanlah zakat selagi kau mampu.
Jangan lupakan Infaq Shadaqah dan menyantuni mereka yg tidak mampu.
Wahai bidadariku,
Beriman selalu hanya kepada ALLAH SWT
Berimanlah bahwa Allah telah menciptakan Malaikat-malaikat
Berimanlah bahwa Allah telah menciptakan Kitab-kitab Al Quran dan kitab kitab sebelumnya
Berimanlah kepada nabi dan Rasul-rasul
Yakinlah dan Berimanlah akan adanya Hari Kiamat
Yakinlah dan Berimanlah kepada Qada dan Qadar.
Wahai pesona jiwaku,
Hidupmu kelak akan lebih keras dan berat.
Lebih keras dan berat dari kehidupan kami orangtuamu.
Maka bekalkanlah dan perkuat keimanan dan ketaqwaan.
Agar kalian selamat sampai ditujuan hidupmu kelak.
Wahai penyempurna hidupku,
Ingatlah dan camkanlah beberapa hal:
Bahwa yang singkat itu WAKTU,
Yang dekat itu MATI,
Yang besar itu NAFSU,
Yang berat itu AMANAH,
Yang sulit itu IKHLAS,
Yang mudah itu BERBUAT DOSA
Yang abadi itu AMAL KEBAJIKAN,
Yang akan di investigasi itu AMAL PERBUATAN,
Yang jauh itu MASA LALU.
Persiapkanlah dirimu untuk semua hal itu.
Wahai masa depanku,
Hiduplah demi akhiratmu
Karena itu yang akan abadi kekal selamanya
Janganlah kalian hidup demi duniamu
Karena itu hanya semu dan bakal termakan waktu.
Wahai permataku,
Doa orangtuamu selalu menyertaimu.
Semoga Allah selalu membimbingmu.
Semoga Allah selalu meridhoimu.
Semoga Allah selalu mendampingimu.
Dalam setiap langkahmu, doamu dan dalam semua kehidupanmu.



Doa yang sangat indah. Doa yang senantiasa megiringi jalan hidup dan kehidupanku, membawa berkah dalam jalanku. Ya Rabb, berikan hamba umur untuk bisa  membahagiakan kedua orang tua ku.

Juga untuk teteh, aa, adik-adikku, keponakan, kalian selalu menjadi pembangun semangat dalam hidupku. Maafkan adikmu ini, kakakmu ini, tantemu ini belum memberikan kalian yang terbaik.

Sahabat-sahabatku, terima kasih telah menemaniku bersuka ria, bersedih duka, bersama kita selalu menciptakan kenyamanan. Rekan-rekanku di kantor, baik kantor lama ataupun kantor baru, teman-teman di social network, mitra-mitra kerja, para guru, dan semua yang selalu menjadi inspirasiku, terima kasih ya atas ucapan do'a nya. Semoga doa terbaik juga memenuhi hidup kalian semua.

Satu do'a khusus untuk semuanya, semoga di diri sahabat semua selalu terdapat maqam untuk menguburkan segala kesalahan-kesalahanku.


Jakarta, 2 Februari 2012