Pages

Tuesday 25 October 2011

Perpisahan

Setiap orang pasti memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan yang aku miliki adalah ketulusan cinta yang aku persembahkan seutuhnya untukmu. Sedangkan kelemahanku adalah aku terlalu takut. Takut jika kau pergi menjauh. Takut kehilangan cintamu.

Ku fikir aku tak akan pernah kehilanganmu, selain karena maut yang memisahkan. Mengapa? Karena pernah berulang kali ku coba untuk melepaskanmu (walau jujur hati ini tak kan pernah mampu) demi seseorang yang selalu menunggumu di sana, tetapi kau selalu berhasil meyakinkanku bahwa aku yang terbaik untukmu, bahwa aku yang sebenarnya engkau cintai, bahwa masalahnya hanyalah waktu yang terlambat mempertemukan kita, dan kelak waktulah yang akan menjawabnya. Dan aku selalu menunggu waktu itu datang.

Perlahan kita mulai membangun asa, membangun cinta, membangun mimpi. Kau selalu menemaniku sejak aku membuka mata hingga aku terlelap. Berbagi cerita, berbagi bahagia, bersama. Kau selalu ada untukku. 

Namun, waktu yang ku nanti tak kunjung datang, kemanakah dia tersesat? Dan kini jenuh mulai menderamu tak tertahankan hingga kau menghilang tanpa kabar. Lalu angin membawamu kembali dan berbisik lirih, "maaf, seharusnya tidak pernah ada cerita antara kita". Cerita? Sekedar itukah?

Padahal kata halusmu yang disampaikan melalui angin berhasil meluluhlantakkan seluruh bangunan asa, bangunan cinta, dan bangunan mimpi yang ku fikir sudah berdiri dengan kokohnya. 

Aku tetaplah aku yang lemah, betapapun besarnya cintaku untukmu. Tak ada serapah yang bisa terucap, hanya air mata yang mengalir deras, dan sebentuk doa, "semoga perpisahan ini adalah pilihan terbaik"

Dan aku baru menyadari bahwa perpisahan ternyata teramat menyakitkan.

Selamat tinggal kekasih jiwa, semoga kau bahagia bersama pilihan hatimu. 

Tuhan jika kau berkenan, tolonglah aku, hapuskan rasa cintaku untuknya. Karena aku tak kuasa menghapus rasa.


No comments: