Pages

Friday 3 February 2012

Selamat Ulang Tahun, Neng Ule



Hmmm, sejak tengah malam pergantian hari hingga saat ini, pesan juga doa melalui YM, sms dan telpon langsung, notifikasi imel dari jejaring sosial, juga timeline di facebook memenuhi ruang hidupku dengan ucapan selamat ulang tahun berbagai versi. Ahhhh... ternyata waktu itu sangat pendek, usiaku sudah berkurang lagi satu tahun.

Semacam mengenang elegi di masa lalu, untuk mengukir kisah di masa depan, ingin aku bercerita mengenai sepenggal kisah hidupku.

Aku tumbuh menjadi seorang gadis cilik yang hampir selalu ceria dan aktif. Seolah tak mengenal rasa lelah, hari-hariku di sekolah dasar selalu ku habiskan untuk berlama-lama di sekolah, untuk latihan dan lomba Pramuka. Kala itu, aku selalu merasa bangga kalo saat upacara atau pengumuman, nama reguku di sebut-sebut telah menyabet piala dan disalami oleh kakak-kakak kelas juga adik-adik kelas dan guru. Ah... betapa menjadi orang terkenal itu menyenangkan.

Dengan kondisi kesehatanku yang sering sakit-sakitan, badan yang sangat kurus, tak mengurangi kesibukanku menjalani hari sebagai salah satu bintang kelas, juga bintang lapangan lomba. Aku punya kakak pembina, Kak Adi yang sangat baik dan perhatian. Di sela-sela istirahat selalu mengingatkanku makan agar maag ku tidak kambuh. Bahkan sering Kak Adi ku ini menyuapiku dan memijit pergelangan tanganku. Semoga Alloh selalu menjaga dan memberkahi hidup Kakak.

Masa SD aku lalui dengan manis, teramat manis. Namun berbeda dengan SMP. Mungkin karena sakit yang cukup parah menderaku setelah lulus SD, memaksaku untuk tidak mengikuti Masa Orientasi Siswa di sekolah baruku. Aku merasa aku tak mengenal kawan-kawanku. Aku masuk kelas baru dengan canggung, tak mengenal siapa-siapa, tak tahu apa yang sedang jadi trend topic, tak tahu kabar-kabar dan gosip yang sedang hot di sekolah. Padahal, sesungguhnya kakak pembinaku di SD telah menitipkan aku ke kakak pembina ekskul Pramuka di SMP ku. Namun ya itu, aku merasa aku tak mengenal siapapun, dan aku merasa lingkungan sulit menerimaku yang tiba-tiba saja menjadi canggung. Dan aku juga tak punya ongkos lebih untuk meluangkan waktu di hari Minggu untuk mengikuti ekskul. Saat itu perekonomian keluargaku mulai morat-marit. Tentunya, aku tetap mensyukuri apa yang ada saat itu.

Bisa jadi sikap canggung, tidak pede, dan minder adalah akibat permasalahan keluarga yang muncul saat aku SMP. Keluarga yang sempat berantakan menjadikan ku mungkin tak tahu arah. Tapi untunglah, canggung, tidak pede, dan minder tidak menjadikanku orang yang bodoh. Aku tetap bisa berprestasi, setidaknya dengan cara begitu aku merasa aku memiliki teman. Dan masalah keluarga yang pernah timbul, seiring waktu berjalan pun reda dengan sendirinya. Akhirnya, aku merasa semuanya kembali normal, kini.

Lulus SMP, aku masuk SMU yang cukup berprestasi. Aku mencoba memasuki dunia baru dengan cara yang jauh lebih elegan, dengan berusaha menghilangkan sikap minderku. Ku fikir aku cukup berhasil, setidaknya meskipun aku tidak punya teman setia untuk kongkow, tapi aku memiliki lebih banyak teman. Sedikit bisa mencurahkan ekspresi, terutama dengan teman-temanku di kelas sosial. Aku beruntung aku keukeuh masuk kelas IPS, meskipun guru pembimbing memintaku untuk masuk kelas IPA. Ku fikir, aku membutuhkan kelas sosial untuk bisa lebih cantik dalam berinteraksi disamping aku merasa aku sangat jago akuntansi. Dalam prinsipku, aku selalu mengutip pernyataan Mr. Ginting, guru matematika di sekolah, katanya, "Lebih baik menjadi bunga mawar yang indah di kelas IPS daripada menjadi duri di kelas IPA". Ah, meskipun sesungguhnya pernyataan itu lebih tepat diperuntukkan bagi orang berkemampuan bilangan rendah yang memaksakan diri masuk IPA, tapi aku menyukai quote tersebut. Maka aku ikrarkan diri untuk menjadi sekuntum bunga mawar yang merekah indah. Dan pilihanku tidak salah.

Akhir-akhir menjelang kelulusan SMU, bahkan memasuki ujian awal di kelas 3, aku terkadang iri melihat teman-temanku sibuk memepersiapkan diri untuk memasuki jenjang kuliah. Mereka sibuk mendaftar les di mana-mana, di beberapa tempat sekaligus bahkan. Atau rajin mengikuti Try Out setiap hari Minggu. Ah.. aku ingin sekali seperti mereka, aku juga ingin kuliah. Namun kondisi keuangan orang tuaku aku fikir belum mampu untuk menyekolahkanku lebih tinggi, sehingga aku tak berani bermimpi, apalagi berharap.

Namun Alloh Maha Kuasa atas segala rencana hidupku. Di tengah permasalahan keluarga yang belum selesai kala itu, rumah harus dijual karena rumah di gang buntu sudah tidak menjamin keamanan yang kian menurun di tempatku tinggal. Aku berharap ada sedikit sisa dari hasil penjualan rumah untuk bisa ku pakai kuliah, setidaknya cukup untuk registrasi nanti. Aku memohon kepada mamih juga babeh agar aku bisa kuliah. Dan aku pernah berjanji, bahwa mamih dan babeh cukup memberikan aku uang untuk registrasi saja, aku akan kuliah dengan biayaku sendiri, atau jika belum mampu membiayai seluruhnya, aku akan tetap berusaha memenuhi kebutuhan kuliahku sendiri.

Cukup alot persetujuan dari kedua orang tuaku, tapi untunglah aku memiliki Teteh yang selalu memperjuangkanku untuk kuliah. Teteh berhasil meyakinkan mamih dan babeh agar aku diberikan kesempatan untuk kuliah, katanya sayang sekali jika prestasiku di sekolah sebagai penyabet NEM tertinggi di sia-sia kan begitu saja. Akhirnya aku pun berkesempatan untuk kuliah, dengan satu syarat hanya kuliah di universitas negeri. Aku sangat ingin kuliah di Jurusan Ilmu Politik di UI atau UGM sana, atau jurusan akuntansi UNPAD dengan title S.Ak. Namun orang tua tak mengizinkanku tinggal jauh dari mereka. Aku kembali dihadapkan pada pilihan kuliah di universitas negeri di Bandung atau tidak kuliah sama sekali. Maka aku memilih Akuntansi Unpad dan Pendidikan Akuntansi UPI, sebuah pilihan kedua yang tidak kuinginkan. Menjadi seseorang bertitle SPd bukanlah keinginanku. Ah lagi-lagi Alloh punya rencana lain. Aku malah masuk di pilihan kedua ku tersebut.

Pada awal mula pengumuman kelulusan di koran, aku sempat menjadi orang yang tidak bersyukur. Aku kecewa aku hanya tembus di pilihan kedua. Tapi untunglah, beberapa kawan di "pengajian terlarang" mengingatkan ku untuk mensyukuri kelulusanku ini. Salah satunya Kang Andri, dia mengingatkanku, bahwasanya di luar sana ribuan orang memperebutkan bangku kuliah seperti aku, tapi mereka kurang beruntung karena kursi yang diperebutkan Alloh takdirkan menjadi milikku. Ah, benar juga pernyataannya, maka aku pun merubah paradigma berfikir dan berusaha enjoy dengan kehidupanku di bangku kuliah, di UPI yang notabene akan mencetak seseorang sebagai profesi guru.

Dan benar saja, dengan kuliah di jurusan pendidikan, aku bisa menghasilkan sebelum aku lulus. Pagi atau sore hari ketika aku gak ada kuliah aku akan bekerja membantu orang tua ku di pasar, dan malamnya atau di hari Minggu, aku bisa mengajar les buat adik-adik di SMP, juga adik-adik SMU. Hasilnya lumayan lah.... walaupun belum bisa membiayai kuliahku sepenuhnya, tapi setidaknya aku bisa beli buku-buku kuliah bajakan, foto copy handout, atau sekedar mengerjakan tugas untuk berlama-lama di warnet menggunakan uangku sendiri. Alloh mengetahui apa yang terbaik bagi ummatnya.

Menjadi seorang tenaga pengajar banyak memberikan hikmah untuk hidupku, menjadikan aku merasa sangat berguna bagi orang lain. Ya, ilmu yang diajarkan tidak menjadikan kita kekurangan, bahkan sebaliknya justru menjadikan kita semakin kaya ilmu dan haus akan ilmu-ilmu baru. Sebuah kisah, salah satu muridku sempat minder karena berasal dari keluarga kaya, orang tua sukses, namun dirinya tidak bisa masuk kelas IPA. Aku sering menasihatinya, bahwa masuk kelas IPS bukanlah aib, dan kita bisa tunjukkan bahwa kita juga bisa memberikan kebanggaan meskipun masuk kelas IPS. Dan benar saja, seiring berjalannya waktu dan keseriusannya dalam belajar, muridku ini menjadi contoh di kelasnya untuk mata pelajaran akuntansi bahkan muridku ini didaulat sekolah untuk maju di Olimpiade Akuntansi. Aku bangga. Aku senang melihatnya bahagia, meskipun belum menyabet juara, tapi kepercayaan diri yang timbul menjadikannya yakin untuk serius di dunia Akuntansi. Ada juga kisah-kisah perjuangan anak-anak SD di daerah Rawa Meneng, Blanakan - Subang yang bersekolah di tempat yang butut juga lingkungan prostitusi. Ah, semoga Alloh melindungi kalian, menjadikan kalian semua anak-anak bangsa yang arif, tak tergiur hedonisme lingkungan kalian.

Berbekal sedikit pengalaman kerja dan magang di beberapa tempat, kemudian menggiringku untuk memasuki Rumah Zakat. Banyak cerita unik mengawali perkenalanku dengan lembaga yang satu ini. Di Rumah Zakat aku diajari untuk bermimpi, suatu hal yang aku tak pernah berani untuk lakukan. "Impian harus menyala dengan apapun yang kita miliki, meskipun yang kita miliki tidak sempurna, meskipun itu retak-retak." Aku diajarkan untuk bagaimana mengelola hidup dan merencanakan masa depan. Aku belajar memetakan hidupku hingga puluhan tahun ke depan.

Juga di lingkungan yang Islami, menjadikan aku semakin dekat denganMu, Ya Rabbi. Ya.. meskipun dari sekain banyak amil yang ada, aku sadari kalau aku termasuk amil yang bengal, bukan sebagai seorang penghafal quran seperti rekan-rekanku. Tapi aku berusaha agar kian hari hidupku jauh lebih baik, jauh lebih bermanfaat bagi orang lain. Aku selalu teringat perkataan Abu Syauki, bahwa lembaga dan orang-orang didalamnya akan senantiasa mengajak kepada kebaikan, dan tak hanya mengajak melainkan juga akan menjerumuskan atau memaksa sobat zakat untuk masuk ke surga. Kurang lebih seperti itulah bahasanya.

Di Rumah Zakat ini aku merasa aku menemukan banyak saudara. Bahkan waktuku yang hampir selalu ku habiskan di kantor, menjadikan aku dan team keuangan ibarat saudara sedarah. Satu sama lain sudah saling mengenal karakter masing-masing, sehingga memudahkan dalam hal komunikasi dan treatmentnya mana kala salah satu di antara kita sedang bete. Di hari libur, bukannya istirahat di rumah malah main bersama team keuangan, sekedar ngelayap atau kongkow makan-makan di suatu tempat. Bahkan, kalo cuti bukannya bisa menikmati hari libur malah sakit, mungkin karena motto di Divisi Keuangan, "anak keuangan tidak boleh cuti".
Sering kita berceloteh bahwa syarat sahnya orang keuangan adalah, manakala dia bermimpi balancing, yaitu mimpi berhasil menyeimbangakan nerasa keuangan atau mencari selisih yang menyebabkan neraca tidak seimbang. Hahaha. Tapi inilah kenyataan, hampir semua orang-orang di keuangan pernah mengalami mimpi seperti ini, saking menjiwai pekerjaannya.

Grand design dan strategi jangka panjang perusahaan meng-create suatu kondisi baru, yang kemudian impact-nya mau tidak mau, aku harus siap untuk dipindahkan ke entitas lain. Ah, dengan perusahaan yang lain dengan kota yang berbeda, betapa aku merindukan temen-temanku. Aku belum berhasil menemukan teman-teman yang begitu mengerti diriku seperti kalian. Life must go on. Tetehku, Teh Catur selalu menyemangatiku bahwa aku bisa berbuat yang terbaik. Ya, aku bisa, pasti bisa, Insya Alloh.

Kini di hari ulang tahunku, aku merasa agak sepi. Biasanya hingar bingar ucapan selamat, sun pipi kiri dan kanan, kue ulang tahun dan surprise-surprice selalu membanjiri hari miladku. Hahaha.... Bolehlah sedikit berharap.

Tapi di milad ku kali ini, aku rasanya tak menginginkan kado apalagi kado mahal. Aku butuh yang lebih abstrak, tapi mengena di hati. Mungkin mengajakku menikmati kemesraan hujan, menikmati indahnya bintang-bintang yang bertebaran di langit. Ke Boscha mungkin, satu hal yang belum pernah ku lakukan. Atau sekedar menemaniku bermain sepeda. Sederhana bukan, just menemaniku bersepeda. Dan betapa bahagianya saat mimpi yang satu ini terwujud beberapa minggu yang lalu sebelum hari ulang tahunku tanpa kuungkap keinginanku padanya. Terima kasih buat yang di sana, yang sudah mewujudkan mimpiku. Semoga Alloh selalu menjagamu, mengobati kerinduanmu, dan selalu melingkupimu dengan kebahagiaan. Hahay, melangkolis sekali. Kalian boleh tertawa, tapi biarlah......

Terima kasih untuk semua yang masih selalu mengingatku di hari ulang tahunku. Kedua orang tuaku, aku bukanlah siapa-siapa tanpa kalian. Meskipun kalian selalu melupakanku di hari ulang tahunku, tidak mengapa. Cinta yang tulus dari mamih juga babeh selalu terasa hingga kini, hingga aku dewasa. Pesona kalian selalu mewarnai relung hati terdalam. Terima kasih mamih, terima kasih babeh. I love you both. Doa dari kalian yang mungkin tidak pernah terucap tapi aku yakin, sesungguhnya sikapmu kepadaku selalu mendoakanku yang terbaik, kira-kira mungkin begini doa nya :


Wahai anakku tercinta,
Tetapkanlah Islam sebagai agamamu.
Tetapkanlah Allah sebagai Tuhanmu, dan tiada yang lain selain Dia.
Tetapkanlah Muhammad sebagai Nabi dan Rasulullah.
Tetapkanlah Al Quran sebagai kitab dan penuntunmu.
Wahai cahaya hatiku,
Ucap dua kalimah syahadat di setiap desah nafasmu.
Sembahyanglah lima waktu dalam hari harimu.
Berpuasalah sebulan dalam bulan Ramadhan.
Tunaikanlah haji ke Baitullah Rumah Allah jikalau kau mampu.
Tunaikanlah zakat selagi kau mampu.
Jangan lupakan Infaq Shadaqah dan menyantuni mereka yg tidak mampu.
Wahai bidadariku,
Beriman selalu hanya kepada ALLAH SWT
Berimanlah bahwa Allah telah menciptakan Malaikat-malaikat
Berimanlah bahwa Allah telah menciptakan Kitab-kitab Al Quran dan kitab kitab sebelumnya
Berimanlah kepada nabi dan Rasul-rasul
Yakinlah dan Berimanlah akan adanya Hari Kiamat
Yakinlah dan Berimanlah kepada Qada dan Qadar.
Wahai pesona jiwaku,
Hidupmu kelak akan lebih keras dan berat.
Lebih keras dan berat dari kehidupan kami orangtuamu.
Maka bekalkanlah dan perkuat keimanan dan ketaqwaan.
Agar kalian selamat sampai ditujuan hidupmu kelak.
Wahai penyempurna hidupku,
Ingatlah dan camkanlah beberapa hal:
Bahwa yang singkat itu WAKTU,
Yang dekat itu MATI,
Yang besar itu NAFSU,
Yang berat itu AMANAH,
Yang sulit itu IKHLAS,
Yang mudah itu BERBUAT DOSA
Yang abadi itu AMAL KEBAJIKAN,
Yang akan di investigasi itu AMAL PERBUATAN,
Yang jauh itu MASA LALU.
Persiapkanlah dirimu untuk semua hal itu.
Wahai masa depanku,
Hiduplah demi akhiratmu
Karena itu yang akan abadi kekal selamanya
Janganlah kalian hidup demi duniamu
Karena itu hanya semu dan bakal termakan waktu.
Wahai permataku,
Doa orangtuamu selalu menyertaimu.
Semoga Allah selalu membimbingmu.
Semoga Allah selalu meridhoimu.
Semoga Allah selalu mendampingimu.
Dalam setiap langkahmu, doamu dan dalam semua kehidupanmu.



Doa yang sangat indah. Doa yang senantiasa megiringi jalan hidup dan kehidupanku, membawa berkah dalam jalanku. Ya Rabb, berikan hamba umur untuk bisa  membahagiakan kedua orang tua ku.

Juga untuk teteh, aa, adik-adikku, keponakan, kalian selalu menjadi pembangun semangat dalam hidupku. Maafkan adikmu ini, kakakmu ini, tantemu ini belum memberikan kalian yang terbaik.

Sahabat-sahabatku, terima kasih telah menemaniku bersuka ria, bersedih duka, bersama kita selalu menciptakan kenyamanan. Rekan-rekanku di kantor, baik kantor lama ataupun kantor baru, teman-teman di social network, mitra-mitra kerja, para guru, dan semua yang selalu menjadi inspirasiku, terima kasih ya atas ucapan do'a nya. Semoga doa terbaik juga memenuhi hidup kalian semua.

Satu do'a khusus untuk semuanya, semoga di diri sahabat semua selalu terdapat maqam untuk menguburkan segala kesalahan-kesalahanku.


Jakarta, 2 Februari 2012

2 comments:

Unknown said...

selamat ulang tahun yaa :)

neng_ule said...

terima kasih syifa :)