Pages

Friday 14 September 2012

Menabrak Tembok

Cukup banyak sahabat saya yang mengeluhkan tentang susahnya menembus kekuatan yang tidak tergoyahkan di kantor. Namanya orang-orang hebat, mereka selalu mempunyai gagasan yang bagus untuk menunjukkan kualitasnya sebagai profesional. Sayangnya – kata mereka – selalu mentok dihadapan kekuatan otoriter. Karena kekuatan itu punya posisi yang lebih tinggi, maka mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya mengurut dada. Sambil menahan rasa kesal. Dan sesekali memikirkan peluang untuk hengkang. Di perusahaan tradisional kekuatan itu adalah owner yang ingin memegang kendali penuh terhadap jalannya perusahaan. Di perusahaan modern, sikap itu biasa ditunjukkan oleh board of director atau top management. Orang bilang; berurusan dengan mereka, rasanya seperti menabrak tembok. Jika berhadapan dengan tembok-tembok seperti itu, bagaimana Anda bersikap?
 
Saya mampir di sebuah masjid di luar kota untuk sembahyang. Selama sembahyang itu, saya mendengar suara mengetuk-ngetuk. Dalam hati saya berpikir, kenapa di masjid orang harus mengetuk? Bukankah siapapun leluasa untuk masuk? “Oh, mungkin ada seorang musafir yang sedang dalam perjalanan,” begitu saya pikir. “Untuk sopan santun, beliau mengetuk sebelum masuk.” Namun ketukan itu tidak juga reda, sampai saya selesai sembahyang. Penasaran. Saya melihat kearah pintu masjid. Tidak ada seorang pun. Suasana kembali sunyi.
 
Maksud hati meneruskan untuk berdzikir. Dalam hening itu, saya kembali mendengar suara ketukan. Dalam hati, saya berbisik;”dipersilakan masuk....” degan bisikan itu saya berharap ‘beliau’ yang mengetuk berkenan masuk dan menghentikan ketukannya. Hening lagi. Oh, rupanya sang pengetuk benar-benar penuh sopan santun. Tidak berani masuk sebelum dipersilakan. Saya kira beliau hendak sembahyang juga. Mungkin sedang dalam perjalanan seperti halnya saya. Dalam hati, saya kembali berbisik; “Sesama musafir dalam perjalanan, dilarang saling mendahului....”
 
Saya berhasil berkomunikasi dengan beliau. Untuk sementara waktu, keadaan menjadi hening kembali. Dan dzikir pun bisa dilakukan dengan khusyuk. Tak berapa lama kemudian, terdengar lagi bunyi ketukan seperti tadi. Oh, apakah ada tamu lain yang datang? Ataukah beliau yang tadi masih belum masuk kedalam? Tidak mungkin yang tadi. Karena saya sudah mempersilakannya. Jadi, mungkin ini tamu kedua yang datang untuk sembahyang.
 
Karena tadi berhasil mempersilakan sang tetamu, maka saya pikir kenapa tidak saya persilakan juga saja? Tidak perlu menengok ke arah datangnya suara ketukan, karena penglihatan saya hanya bisa menangkap hal-hal yang kasat mata. Saya langsung saja berkata dalam hati disela-sela dzikir;”Silakan masuk....”
 
Berhasil.
Setelah itu, bunyi ketukan tidak lagi terdengar. Saya pun kembali berdzikir. Sambil tetap yakin bahwa sesama mahluk baik tidak akan mungkin saling menyakiti. Seperti halnya sesama bis kota yang tidak saling mendahului. Benar sih, kadang-kadang ada juga bisa kota yang jalannya ugal-ugalan. Bahkan sampai tabrakan. Apalagi sekedar saling mendahului.... Semoga saja para tetamu saya itu tidak ugal-ugalan seperti sopir metromini.
 
Pilihannya hanya pasrah saja. Sambil terus berdoa. Wirid belum selesai. Malah sengaja dipilih yang panjang-panjang. Diiringi keyakinan yang makin kukuh bahwa sesama mahluk yang tunduk pada Tuhan, tidak mungkin mengganggu yang sedang mengagungkan nama Tuhan.
 
Benar saja. Tidak ada kejadian apapun. Dan saya makin tenggelam dalam dzikir. Sampai suara ketukan itu kembali terdengar. Ya ampun. Banyak sekali tetamu istimewa yang datang kesini. Jangan-jangan.... Ah, tidak usah membiarkan pikiran berandai-andai. Yakin saja. Saya memang pernah beberapa kali mampir ke masjid itu. Kalau pas sedang bertandang ke kota itu. Namun, tidak pernah sebelumnya mengalami kejadian seperti itu.
 
Saya berusaha untuk fokus pada doa-doa. Namun, tak lama setelah hening, ketukan itu kembali terdengar lagi. Tidak ada pilihan lain bagi saya selain berguman ‘silakan masuk’ untuk setiap ketukan. Karena saya percaya, sang penegetuk akan menghentikan ketukannya seperti tamu-tamu sebelumnya setelah saya ucapakan mantra sakti itu. Tidak ada keraguan dalam batin saya soal itu. Setidaknya untuk sembilan atau sepuluh pengetuk pertama. Mengapa begitu? Karena untuk ketukan berikutnya, tidak bisa saya hentikan begitu saja. Ketukan itu sepertinya tidak lagi mau berhenti. Padahal saya tidak melihat siapapun didepan pintu masjid berdinding kaca itu.
 
Ada dua kemungkinan. Satu, mantra itu sudah tidak ampuh lagi. Dua, terlalu banyak yang mengantri sehingga setiap kali satu pengetuk masuk, antrian berikutnya langsung mengetuk sehingga nyaris tidak ada jeda bagi saya bahkan untuk sekedar mengambil nafas. “Ini sudah berlebihan!” begitu saya pikir. Tidak mungkin saya bisa sesabar itu, karena kenyataannya saya adalah manusia yang tidak sabaran, bahkan masih sering marah-marah. Maka saya pun mengatakan – masih dalam hati – “Aku bukan tuan rumah disini!” Sambil berharap ada pertalian batin dengan mereka. “Kalau kalian mau masuk, ya masuk saja. Tidak usah bikin ribut seperti itu!”
 
Ajaib.
Ketukan itu berhenti. Mungkin untuk sesaat saja barangkali. Tetapi tidak. Ketukan itu benar-benar berhenti hingga saya selesai melakukan wirid dan dzikir. Puas sekali rasanya. Ditambah pula dengan perasaan menjadi pemenang. Sekaligus merasa menjadi seseorang yang mempunyai kekuatan lewat kata-kata. Maka saya pun berdiri, hendak meneruskan perjalanan lagi.
 
Ketika menuju ke pintu masjid. Saya melihat ada sesuatu yang aneh di pojok dinding kaca. Seonggok kecil yang bergerak lembut. Segera saya mengenakan kaca mata. Dan, jelaslah sekarang mahluk apakah gerangan yang tersudut disitu. Seekor burung yang kelelahan.
 
Duh, saya terpaku sambil menggerutu kepada diri sendiri. “Betapa bodohnya aku ini!”
Ternyata yang sedari tadi mengetuk itu bukannya tamu-tamu yang minta ijin hendak masuk. Melainkan seekor burung yang tak tahu jalan keluar. Dia terganggu oleh kehadiran saya sehingga bermaksud meninggalkan masjid itu. Namun ketika dia hendak terbang ke langit, ada sesuatu yang ditabraknya. Sebuah dinding kokoh yang tidak kelihatan. Selapis kaca bening yang tidak mungkin ditembusnya.
 
Eh, kita sedang bicara apa tadi?
Kita sedang bicara tentang kekuatan-kekuatan yang tidak bisa dipengaruhi di kantor kita. Tentang tembok-tembok kokoh yang tidak mungkin kita tembus. Tentang pemegang keputusan, dan pemilik perusahaan yang tidak selalu sejalan dengan cara pandang kita. Tentang rasa frustrasi kita berhadapan dengan penentu arah kebijakan. Tentang rasa lelah batin kita menjalani hari-hari kerja menabrak tembok. Lelah, seperti terkurasnya tenaga burung kecil itu.
 
Setiap orang mempunyai idealisme. Kita tahu itu. Mininal punya suatu sudut pandang yang menurut dirinya benar atau lebih bagus daripada pendapat orang lain. Semakin yakin dia dengan kebenaran pendapatnya, semakin kuat keterikatan batinnya terhadap pendapat itu. Sehingga dia juga semakin sulit untuk menerima pendapat orang lain. Makanya, kita sering melihat orang lain sedemikian sulitnya diajak melihat dari sudut pandang yang berbeda. Sama seperti keras kepalanya kita untuk menerima sudut pandang mereka.
 
Saya kasihan pada burung kecil itu. Makanya saya sengaja memberi isyarat agar dia segera pergi melalui celah angin yang terdapat di dekat plafon. Saya juga kasihan kepada sahabat-sahabat saya yang sering menabrak tembok. Makanya saya sengaja mengatakan disini belajarlah untuk berhenti menabrakkan diri ke tembok itu. Belajarlan mencari  jalan keluar tanpa mengusik tembok yang kokoh itu.
 
Sang burung menclak-menclok sambil melirik ke kiri dan ke kanan. Keatas dan kebawah. Sepertinya dia mengerti maksud saya. Dia mengepakkan sayapnya. Lalu menclok di dekat lubang angin itu. Masuk. Kemudian dia terbang ke langit bebas dengan senangnya.
 
Saya berharap agar sahabat-sahabat yang pernah ngobrol dengan saya juga menemukan lubang angin itu. Demikian pula sahabat lain yang saya tidak pernah punya kesempatan untuk mendengar curhat-curhat mereka. Semoga, tidak membuang-buang waktu dan tenaga hanya untuk memaksa dinding kaca itu roboh dengan menabraknya terus menerus. Semoga, mereka menemukan pintu atau lubang yang bisa memberinya akses untuk bisa masuk dan keluar dengan leluasa. Dengan begitu, para sahabat saya akan tetap bisa eksis diantara kokohnya tembok-tembok itu. Tetap bisa menuangkan gagasan-gagasan briliannya. Tetap bersuka cita. Dan tetap dicintai dinding-dinding kokoh itu.
 
Saya juga kasihan kepada diri sendiri. Yang sudah diperbudak oleh fantasi mistis perualangan mental sendiri. Tapi, saya bahagia. Karena melalui kebodohan ini, saya bisa mengatakan kepada sahabat-sahabat saya. Bahwa tembok yang kita hadapi itu memang bukan untuk ditabrak. Bukan untuk diruntuhkan. Melainkan untuk dipoles. Dicat. Ditempeli lukisan. Sehingga menjadi tembok kokoh yang indah. Yang melindung diri Anda dari udara diluar yang tidak selalu bersahabat. Tembok itu. Bisa menjadi tempat bernaung yang menyenangkan selama Anda menjalani karir profesional Anda. Bisa? Bisa. Jika Anda berhasil menemukan lubang anginnya. 
 
(Tulisan Dadang Kadarusman)

Belajar Memetakan Masalah Yuk

Pernahkah dalam suatu meeting di kantor, kita merasa banyak masalah yang harus diurai, namun kita bingung untuk memulainya dari mana. Terkadang kita merasa, kok banyak sekali masalah yang harus di bahas? Mana urutan prioritas masalah? Apakah satu masalah dengan masalah lain saling terkoneksi? Lalu, apa sih inti masalahnya?

Beberapa orang mungkin pandai memetakan suatu masalah, namun sebagian besarnya sering kerepotan memetakannya. Atau sebenarnya seseorang sudah bisa memetakan masalah secara baik, namun bingung bagaimana harus mempresentasikannya.

Saya juga termasuk orang yang agak sulit memetakan sebuah masalah, apalagi mengurainya secara terstruktur untuk dipresentasikan kepada peserta meeting. Tapi untunglah, sekarang ini kita sudah bisa memanfaatkan aplikasi/ software yang bisa membantu kita - terutama saya - untuk memetakan masalah (mind map) sehingga mampu menangkap secara utuh "body of knowledge" sebuah masalah.

 Apa itu mind map?
  • Mind Map adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut.
  • Mind Map mengembangkan cara pikir divergen, berpikir kreatif.
  • Mind Map adalah alat berpikir organisasional yang sangat hebat. Mind Map dapat diistilahkan sebagai “Pisau Tentara Swiss Otak.”
  • Mind Map adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika dibutuhkan.
Kegunaan mind map
  • Memberi pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas.
  • Memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana kita berada.
  • Mengumpulkan sejumlah besar data di satu tempat.
  • Mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan ktia melihat jalan-jalan terobosan kreatif baru.
  • Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan diingat.
Kapan Mind Map berguna?
  • Ketika ingin menemukan ide yang inovatif dan jalan keluar yang kreatif.
  • Ketika ingin mengingat informasi secara efektif dan efisien. Artinya, sekalipun ANDA ada dalam tekanan, tetap saja ANDA dapat mengingat informasi itu dengan baik.
  • Ketika ingin menetapkan sebuah tujuan, dan langkah-langkah untuk mencapainya.
  • Ketika sedang berpikir untuk mengubah karier ANDA atau memulai usaha baru.
  • Ketika ingin mengadakan rapat yang efisien dan lancar.
Tujuh Langkah Membuat Mind Map
  1. Mulailah dari tengah kertas kosong.
  2. Gunakan gambar (simbol) untuk ide utama.
  3. Gunakan berbagai warna.
  4. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat. Buatlah ranting-ranting yang berhubungan ke cabang dan seterusnya.
  5. Buatlah garis hubung yang melengkung.
  6. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis
  7. Gunakan gambar.
Saat ini sudah banyak tersedia Software mindmap yang akan memudahkan kita dalam membuat mindmap di computer dan sangat cocok bagi kita untuk kita implementasikan dalam setiap kegiatan kita sehari. Berikut ini software yang layak dicoba untuk membuat mindmap;
  1. MindManajer
  2. MindMap Pro
  3. Etc
Saya akan bagikan sedikit ulasan mengenai software MindManager, yang mungkin akan berguna bagi anda suatu saat.

Secara harfiah kata MindManager berasal dari penggabungan kata Mind yang berarti ”semangat; hati; ingatan” (Nur’ain, dkk, tanpa tahun : 198) dan manager ”pengurus; pemimpin” (Nur’ain, dkk, tanpa tahun : 192). Berdasarkan makna harfiah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa MindManager bermakna sebagai pengurus (pengatur) pikiran.

“MindManager is software that creates interactive visual maps  to capture, organize and communicate ideas and information effectively. Information presented in map form is easier to organize, understand, and recall (Mindjet MindManager and Mindjet Connect Help). 

MindManager adalah sebuah software peta (pikiran) visual interaktif untuk mengikat, mengatur, dan mengkomunikasikan ide dan informasi secara efektif. Informasi disajikan dalam format peta sehingga sangat mudah untuk diatur, dimengerti dan dipanggil kembali). Software ini menyediakan bentuk intuitif sebuah interface visual yang mampu mempercepat proses mengikat, mengatur, dan membagi ide dan informasi.

Penggunaan MindManager akan meransang kita untuk mengorganisasi informasi mengenai konsep tertentu secara terstruktur dan sistematis. Pola pencatatan ini membentuk skema (jejaring) informasi ke dalam struktur dua dimensi yang dapat mengakomodir bentuk keseluruhan dari suatu topik, kepentingan serta hubungan relatif antar masing-masing komponen dan mekanisme penghubungnya. Sehingga kita dapat melihat gambaran mengenai konsep/ masalah tertentu secara lebih utuh.
Struktur informasi menggunakan software MindManager ini melibatkan  beberapa komponen utama, yakni :
  1. Central topic (Topik Sentral) merupakan tema utama atau judul peta pikiran yang akan dibuat. Langsung muncul secara otomastis ketika siswa membuat halaman peta baru. Bagian Central Topic ini mewakili tema/judul utama materi/konsep yang sedang dipelajari yang selanjutnya akan menurunkan secara otomatis topik-topik turunan secara terstruktur.
  2. Main topics (Topik utama) merupakan ide mayor yang mewakili tema. Diturunkan dari Central Topic dan akan menyusun informasi secara otomatis searah dengan arah jarum jam. Berisi topik-topik utama yang mewakili tema utama.
  3. Subtopics Sub topik merupakan detail mengenai topik. Rincian lebih khusus dari hal-hal yang berhubungan dengan informasi pada Mind Topic. Subtopic ini secara otomatis menysusun informasi secara terstruktur dari arah atas menurun ke bawah.
  4. Callout (balok kata-kata) merupakan informasi tambahan untuk topik yang spesifik atau keterhubungan tertentu. Berisi keterangan untuk memperjelas informasi.
  5. Floating topic (topik pengembangan) merupakan topik yang berbeda namun masih memiliki keterhubungan. Berfungsi untuk mencatat informasi yang tidak terkait langsung dengan topik utama yang pencatatannya bila disatukan akan mempengaruhi keutuhan pemahaman konsep yang sedang dipelajari. Floating topic dapat dibuat dengan bebas dimanapun di area latar belakang peta utama.
Struktur informasi disusun dengan memperhatikan beberapa prinsip diantaranya :
  1. Gunakan hirarki, dengan cara mengelompokkan dan menyusun informasi sesuai dengan urutan, hubungan, kepentingan, dan sebagainya.
  2. Gunakan nomor urut, dengan cara menggunakan penomoran baik secara kronologis maupun menurut tingkat kepentingan untuk memudahkan keterbacaan peta pikiran.
Selain informasi yang terstruktur secara alami, siswa dapat memahami suatu konsep tak hanya dengan melakukan pencatatan materi dalam bentuk kata-kata saja tetapi juga dapat melengkapi informasinya dengan simbol, gambar, arti emosional, dan warna dalam struktur logis yang memetakan persis seperti cara otak memprosesnya. Beberapa fasilitas yang dapat digunakan untuk hal ini diantaranya :
  • Boundary, informasi ditandai dengan sebuah bulatan sebagai kelompok atau menandakan kesimpulan tertentu.
  • Relationship, untuk menandai hubungan antara dua informasi atau lebih.
  • Library, berisi beragam simbol (icon), gambar (image) dan latar belakang (background) untuk peta kita.
  • Map Markers, berfungsi  dalam pengaturan dan penggunaan penanda (markers) untuk pengkodean topik peta.
  • My Maps untuk menorganisasikan peta terpilih (favorit) dengan akses yang cepat.
  • Search untuk penelusuran peta dengan mengisikan teks yang spesifik.
  • Task Info untuk menandai informasi tugas atau pekerjaan pada topik. 
  • Map Parts untuk menerapkan, mengorganisasikan, dan menciptakan struktur peta dengan menggunakan struktur topik yang telah disediakan, serta menghubungkannya ke RSS feeds dan pelayanan Web lainnya.
Penambahan unsur-unsur ini bertujuan untuk membantu kreativitas, pemahaman individual, dan proses pengingatan yang selanjutnya akan memudahkan proses rekontruksi terhadap suatu konsep/ masalah tertentu tertentu.

Semoga sedikit informasi ini berguna, dan selamat mencoba memetakan masalah dan mengurainya untuk menemukan solusi.


Wednesday 13 June 2012

Indahnya Menahan Amarah

 
"Siapa yang menahan marah, padahal ia dapat memuaskan pelampiasannya, maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian, disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya." (HR. Abu Dawud - At-Tirmidzi)

Tingkat keteguhan seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup memang berbeda-beda. Ada yang mampu menghadapi persoalan yang sedemikian sulit dengan perasaan tenang. Namun, ada pula orang yang menghadapi persoalan kecil saja ditanggapinya dengan begitu berat. Semuanya bergantung pada kekuatan ma'nawiyah (keimananan) seseorang.

Pada dasarnya, tabiat manusia yang beragam: keras dan tenang, cepat dan lambat, bersih dan kotor, berhubungan erat dengan keteguhan dan kesabarannya saat berinteraksi dengan orang lain. Orang yang memiliki keteguhan iman akan menyelusuri lorong-lorong hati orang lain dengan respon pemaaf, tenang,dan lapang dada.

Adakalanya, kita bisa merasa begitu marah dengan seseorang yang menghina diri kita. Kemarahan kita begitu memuncak seolah jiwa kita terlempar dari kesadaran. Kita begitu merasa tidak mampu menerima penghinaan itu. Kecuali, dengan marah atau bahkan dengan cara menumpahkan darah. Na'udzubillah.

Menurut riwayat, ada seorang Badwi datang menghadap Nabi saw. Dengan maksud ingin meminta sesuatu pada beliau. Beliau memberinya, lalu bersabda, "Aku berbuat baik padamu." Badwi itu berkata, "Pemberianmu tidak bagus." Para sahabat merasa tersinggung, lalu ngerumuninya dengan kemarahan. Namun, Nabi memberi isyarat agar mereka bersabar.

Kemudian, Nabi saw. pulang ke rumah. Nabi kembali dengan membawa Barang tambahan untuk diberikan ke Badwi. Nabi bersabda pada Badwi itu, "Aku berbuat baik padamu?" Badwi itu berkata, "Ya, semoga Allah membalas kebaikan Tuan, keluarga dan kerabat."

Keesokan harinya, Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabat, "Nah,kalau pada waktu Badwi itu berkata yang sekasar engkau dengar, kemudian engkau tidak bersabar lalu membunuhnya. Maka, ia pasti masuk neraka. Namun, karena saya bina dengan baik, maka ia selamat."

Beberapa hari setelah itu, si Badwi mau diperintah untuk melaksanakan tugas penting yang berat sekalipun. Dia juga turut dalam medan jihad dan melaksanakan tugasnya dengan taat dan ridha.

Rasulullah saw memberikan contoh kepada kita tentang berlapang dada. Ia tidak panik menghadapi kekasaran seorang Badwi yang memang demikianlah karakternya. Kalau pun saat itu, dilakukan hukuman terhadap si Badwi, tentu hal itu bukan kezhaliman. Namun, Rasulullah saw. tidak berbuat demikian.

Beliau tetap sabar menghadapinya dan memberikan sikap yang ramah dan Lemah lembut. Pada saat itulah, beliau saw. ingin menunjukkan pada kita bahwa kesabaran dan lapang dada lebih tinggi nilainya daripada harta benda apa pun. Harta, saat itu, ibarat sampah yang bertumpuk yang dipakai untuk suguhan unta yang ngamuk. Tentu saja,unta yang telah mendapatkan kebutuhannya akan dengan mudah dapat dijinakkan dan bisa digunakan untuk menempuh perjalan jauh.

Adakalanya, Rasulullah saw. juga marah. Namun, marahnya tidak melampaui batas kemuliaan. Itu pun ia lakukan bukan karena masalah pribadi melainkan karena kehormatan agama Allah. Rasulullah saw. bersabda, "Memaki-maki orang muslim adalah fasik (dosa), dan memeranginya adalah kufur (keluar dari Islam)." (HR.Bukhari) Sabdanya pula, "Bukanlah seorang mukmin yang suka mencela, pengutuk, kata-katanya keji dan kotor." (HR. Turmudzi)

Seorang yang mampu mengendalikan nafsu ketika marahnya berontak, dan mampu menahan diri di kala mendapat ejekan, maka orang seperti inilah yang diharapkan menghasilkan kebaikan dan kebajikan bagi dirinya maupun masyarakatnya.

Seorang Hakim yang tidak mampu menahan marahnya, tidak akan mampu memutuskan perkara dengan adil. Dan, seorang pemimpin yang mudah tersulut nafsu marahnya, tidak akan mampu memberikan jalan keluar bagi rakyatnya. Justru, ia akan senantiasa memunculkan permusuhan di masyarakatnya. Begitu pun pasangan suami-isteri yang tidak memiliki ketenangan jiwa. Ia tidak akan mampu melayarkan laju bahtera hidupnya. Karena, masing-masing tidak mampu memejamkan mata atas kesalahan kecil pasangannya.

Bagi orang yang imannya telah tumbuh dengan suburnya dalam dadanya. Maka, tumbuh pula sifat-sifat jiwa besarnya. Subur pula rasa kesadarannya dan kemurahan hatinya. Kesabarannya pun bertambah besar dalam menghadapi sesuatu masalah. Tidak mudah memarahi seseorang yang bersalah dengan begitu saja, sekalipun telah menjadi haknya.

Orang yang demikian, akan mampu menguasai dirinya, menahan amarahnya, mengekang lidahnya dari pembicaraan yang tidak patut. Wajib baginya, melatih diri dengan cara membersihkan dirinya dari penyakit-penyakit hati. Seperti, ujub dan takabur, riya, sum'ah, dusta, pengadu domba dan lain sebagainya.

Dan menyertainya dengan amalan-amalan ibadah dan ketaatan kepada Allah, demi meningkatkan derajat yang tinggi di sisi Allah swt. Dari Abdullah bin Shamit, Rasulullah saw. bersabda, "Apakah tiada lebih baik saya Beritahukan tentang sesuatu yang dengannya Allah meninggikan gedung-gedung dan mengangkat derajat seseorang?" Para sahabat menjawab, "Baik, ya Rasulullah." Rasulullah saw bersabda, "Berlapang dadalah kamu terhadap orang yang membodohi kamu. Engkau suka memberi maaf kepada orang yang telah menganiaya kamu. Engkau suka memberi kepada orang yang tidak pernah memberikan sesuatu kepadamu. Dan, engkau mau bersilaturahim kepada orang yang telah memutuskan hubungan dengan engkau." (HR. Thabrani)

Sabdanya pula, "Bahwasanya seorang hamba apabila mengutuk kepada sesuatu, naiklah kutukan itu ke langit. Lalu, dikunci pintu langit-langit itu buatnya. Kemudian, turunlah kutukan itu ke bumi, lalu dikunci pula pintu-pintu bumi itu baginya. Kemudian, berkeliaranlah ia kekanan dan kekiri. Maka, apabila tidak mendapat tempat baru, ia pergi kepada yang dilaknat. Bila layak dilaknat (artinya kalau benar ia berhak mendapat laknat), tetapi apabila tidak layak, maka kembali kepada orang yang mengutuk (kembali ke alamat si pengutuk)." (HR. Abu Dawud)
 
(sumber : http://insanmadanijambi.blogspot.com)
 

Tuesday 13 March 2012

Law Of Attraction Dalam Islam



Setiap orang akan memperoleh sesuai dengan apa yang ia niatkan” (HR Bukhari Muslim).
The Secret, Law of Attraction, sepertinya telah membuahkan  revolusi spiritual dan keyakinan yang besar di Benua Barat sana. Bagi yang sudah baca bukunya, “The Secret” oleh Rhonda Byrne, tentu kenal dengan istilah “Law of Attraction”, hukum tarik-menarik. Bahwa pikiran menarik kejadian-kejadian dalam hidup kita. “Aksi” pikiran kita akan menimbulkan “reaksi” berupa kejadian. Bahwa pikiran kita akan mengeluarkan frekuensi yang tertangkap semesta, untuk kembali pada kita dalam bentuk kejadian-kejadian sesuai yang kita pikirkan.
Tapi banyak teman-teman muslim jadi takut (termasuk saya juga pernah), kalau menggunakan “Law of Attraction” akan terjebak syirik. Masak kebutuhan dipenuhi sama semesta bukannya Allah? Bahkan, seorang teman ada yang berpikir kalo Law of Atrraction itu bid’ah, nggak ada dalam Islam dan bikin kita kufur ama qadha dan qadar. Eitts, teman, jangan terburu dulu. Sebelum kita   menuduh yang enggak-enggak, coba kita flashback sejenak. Flashback ke kisah sejati sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab radiyallahu ‘anhu.
Pada saat Rasulullah isra-mi’raj, beliau diperlihatkan keindahan surga dan kedahsyatan neraka. Di surga, Rasulullah melihat sekumpulan bidadari yang bercanda dan bercengkerama, namun hanya satu bidadari yang berbeda. Ia tampak sangat pemalu dan menyendiri dari teman-temannya. Rasulullah pun bertanya kepada Jibril, “siapa bidadari itu?”. Dan dijawab Jibril, “itu adalah bidadari untuk sahabatmu Umar bin Khattab. Ketika ia membaca ayat tentang keindahan surga, ia menginginkan dalam pikirannya, bidadari untuknya berkulit hitam manis, berdahi lebar, memiliki mata berwarna biru di atasnya dan merah di bawahnya.  Karena sahabatmu itu selalu segera melaksanakan perintah Allah, maka Allah segera menciptakan bidadari yang sesuai dengan pikirannya”
Umar melakukan “visualisasi”, “menginginkan dalam pikirannya”, ia punya gambaran dengan jelas ciri-ciri bidadari yang ia inginkan untuk menemaninya di surga. Dan Allah segera mewujudkan gambaran visualisasinya menjadi kenyataan, walau tidak di dunia ini. Apa yang sulit bagiNya? “Kun! Fayakun”. “Terjadilah”, kataNya, maka terjadilah.
>> Law of Attraction : “Like Attracts Like”
John Peace dalam bukunya “Advanced Attraction” menjelaskan dengan sangat baik perumpamaan law of attraction ini. Dia menjelaskan fenomena “pasir di atas logam”. Ketika kita menaburkan sejumlah pasir di atas lempengan logam, lalu logam itu kita beri ketukan dengan besar frekuensi yang cukup untuk menghasilkan getaran pada logam itu, akhirnya terjadi energi gelombang di atas lempengan logam. Pasir yang ada di atasnya akan menyebar menempati wilayah lempengan yang gelombangnya nol, sehingga membentuk pola-pola tertentu yang dapat kita lihat. Bentuk pola-pola ini tergantung frekuensi ketukan yang kita berikan kepada lempeng logam (seperti gambar di bawah ini).
Dan contoh lain, adalah garputala. Bila dua garputala yang memiliki karakteristik sama diletakkan saling berhadapan; lalu salah satu garputala diketuk dan dibunyikan, maka garputala pasangannya akan berbunyi karena adanya resonansi. Demikian kira-kira pikiran negatif akan memanggil resonansi berupa kejadian negatif yang kita alami, dan pikiran positif sebaliknya. Di dunia nyata, dua orang manusia dapat saling cocok, “beresonansi” satu sama lain ketika mereka berbagi “frekuensi” sama. Di dunia pergaulan dan perjodohan kita mengenal “like attracts like”. Orang religius biasanya mencari jodoh religius, di SMA anak gaul bikin geng dengan sesama anak gaul; karena mereka memiliki frekuensi yang sesuai.
Tidak jauh-jauh pada partikel dan gelombang, secara psikologis pikiran negatif akan mempengaruhi kepribadian dan sugesti kita. Susan Jeffers, dalam bukunya “Feel the Fear and Do it Anyway” menceritakan bahwa ia pernah melakukan percobaan kecil dengan muridnya. Murid itu disuruh berdiri sambil menekuk tangannya, dan harus tetap mempertahankan demikian ketika Jeffers meluruskan paksa tangan si murid. Hal ini bisa dilakukan si murid tanpa kesulitan. Jeffers lalu menyuruh murid itu mengulang dalam pikirannya 10 kali “saya lemah dan tidak berharga”. Tak disangka, Jeffers dengan sangat mudah dapat meluruskan lengan murid itu. Kemudian Jeffers menyuruh murid mengulang dalam pikirannya “saya kuat dan berharga” 10 kali. Ternyata, tangan murid ini makin kuat dan makin bertahan ketika Jeffers berusaha meluruskan paksa tangannya. Bahkan, ia jauh lebih kuat daripada sebelumnya.

>> The Secret/Law of Attraction dalam Islam
Ketika saya pertama kali membaca buku “The Secret”, saya setuju dengan Rhonda Byrne kalau Islam pun pernah mengajarkan Law of Attraction. Let’s check ‘em out :
Setiap orang akan memperoleh sesuai dengan apa yang ia niatkan” (HR Bukhari Muslim)
Aku mengikuti prasangka hambaKu, jika prasangkaannya baik maka baiklah yang didapatkan, jika prasangkaannya buruk maka buruklah yang didapatkan.” (Hadits Qudsi)
“Aku bersama sangkaan hambaKu padaKu, maka hendaklah ia berprasangka dengan apa yang ia inginkan (bukan yang ia risaukan atau hawatirkan).” (Hadits Qudsi)
“Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?” (QS Al Baqarah 33)
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS Al Baqarah 284)
“Dan Dialah Allah , (kekuasaanya terhampar) baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui  apa yang kamu usahakan.”  (QS Al An’am 3)
“Allah pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak sesuatu Ia hanya berkata ‘jadilah!’, maka terjadilah” (QS Al Baqarah 117)
“Sesungguhnya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia”. (QS Yaasiin 82)
“Mintalah kepada Allah akan kemurahan-Nya, karena sesungguhnya Allah senang bila dimintai (sesuatu).” (HR. Tirmidzi dari Ibnu Majah)
Bahkan Rhonda Byrne pernah membahas “jangan menggunakan Law of Attraction untuk mengharapkan kejelekan tertimpa pada orang lain, karena malah semesta akan membuatnya memantul kepada diri Anda sendiri”. Hal itu sebenarnya pernah diucapkan oleh seorang ulama terkenal pada zaman Khalifah Harun Ar-Rasyid (lupa namanya, so sorry) :
“Ketika Anda mengucapkan sesuatu agar kejelekan menimpa orang lain, maka umpatan Anda akan naik ke langit—sedangkan pintu-pintu langit itu menolaknya, sehingga umpatan itu kembali ke bumi, mencari ke sana-kemari, dan menuju orang yang Anda umpat bila ia layak menerimanya. Namun bila orang itu tidak layak menerimanya, umpatan itu akan kembali kepada Anda”
Disadari atau tidak, Rasulullah adalah guru besar The Secret, sampai sekecil apapun. Tidak percaya? Kita akan lihat contoh konkretnya. Misalnya, dalam hal niat dan pemberian nama.
((( Mengapa Kita harus Meluruskan Niat
“Ketika kita berdoa, mudah untuk meminta kepadaNya dalam kata-kata. Namun menaruh niat dan kesungguhan pada yang diinginkan, itu jauh lebih penting. Niat adalah sumber kekuatan yang dapat mengubah realita” (Michael Peace, “Advanced Attraction”)
Bila Anda mempelajari salah satu jantung ajaran rohani Islam, niat itu sangat penting. Bahkan niat berbuat baik saja sudah diganjar pahala oleh Allah, walau tidak jadi dilaksanakan. Tidak hanya dalam ibadah, aspek kegiatan lain dalam kehidupan seorang muslim harus didahului niat, niat, dan niat. Kita umat muslim sering mendengar nasihat “luruskan niat”, “luruskan niat hanya kepada Allah”. Dulu saya tidak paham tentang esensi niat ini. “Masak belajar aja harus pake niat ‘saya niat belajar karena Allah Ta’ala’?”. Emang sholat, kalii? Saya kutip haditsnya lagi, full edition :
Dari Amir l’Mu’minin Abi Hafsh Umar ibn Al Khaththaab Radhiyallahu ‘Anhu, berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu bergantung kepada niatnya. Dan setiap orang akan memperoleh sesuai dengan apa yang telah ia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada ALLAH dan Rasul-NYA, maka hijrahnya kepada ALLAH dan Rasul-NYA. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang dikejarnya atau wanita yang hendak ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia (niatkan) hijrah kepada nya.” (HR: Bukhari-Muslim)
Selama ini esensi niat dalam Islam ditafsirkan semata sebagai amalan saleh. Kalo kita ngasih duit ke pengemis karena ingin dipuji orang, maka pujian itulah yang akan kita dapatkan. Kalo kita berjihad karena ingin dijuluki jagoan, maka julukan “jagoan” itulah yang akan kita dapatkan. Tapi kalo kita jadi relawan bencana karena ingin ridha Allah, maka ridha Allah yang didapatkan. Sebatas itu saja. Namun setelah membaca buku Rhonda Byrne, saya baru menyadari kebenaran Islam atas hal ini. Bahwa niat tak hanya mempengaruhi ibadah, namun juga hidup kita. Subhanallah….
Kekuatan niat yang telah dijabarkan 14 abad lalu oleh Islam, ternyata telah dibuktikan dalam fisika kuantum. Werner Heisenberg, fisikawan Jerman pemenang nobel 1927, menemukan bahwa niat peneliti dapat mempengaruhi perilaku pergerakan atom yang diteliti. Teori ketidakpastian Heisenberg—sebutannya—adalah teori yang saat itu sangat radikal dalam dunia fisika. Menurut Heisenberg, perilaku atom tidak bisa ditetapkan secara ketat seperti halnya hukum sebab-akibat, dan seringkali tidak dapat diprediksikan. Misalnya, kalau kecepatan atom ditemukan, tapi bentuk orbitalnya tidak. Setiap kali para ilmuwan mencari sebuah elektron, elektron itu akan muncul di tempat mereka mengharapkannya. Malah yang lebih aneh lagi, ditemukan bahwa sekedar niat untuk mengukur partikel-partikel, walaupun pengukuran tidak jadi dilaksanakan, tetap akan mempengaruhi partikel-partikel itu!
“Rasulullah bersabda bahwa Allah Azza wa Jalla berfirman, Jika hambaKu berniat hendak mengerjakan suatu kebaikan, maka Aku akan menulisnya satu pahala kebaikan walau ia belum mengerjakannya, dan jika ia mengerjakannya maka Aku menulisnya dengan sepuluh kebaikan” (HR Muslim)
Saya pernah mendapat nasihat baik dari seorang kyai : ketika Anda berdoa, spesifiklah, dan bersungguh-sungguhlah. Karena Allah akan mengabulkan doa sesuai kekuatan niat kita. Dan spesifiklah : bila Anda ingin “rejeki banyak”, maka deskripsikan padaNya seperti apa maksudnya, misalnya “agar dagangan lebih laris”, “naik gaji”. Mungkin doa kita tidak terkabul karena kita ragu-ragu, kurang ikhtiar, atau karena berdoa sambil lalu. Dan alhamdulillah, saya dapat merasakan “berdoa dan berniat secara spesifik” membuat saya mendapatkan berbagai hal yang saya inginkan—jauh sebelum saya mengenal The Secret. Bila kita meminta sambil ragu-ragu “dikabulkan atau enggak, ya? Gue kan banyak dosa”, ingatlah :
“Aku mengikuti prasangka hamba-Ku” (Hadits Qudsi)
“Janganlah kamu putus asa ketika Dia menunda mengabulkan keinginanmu, karena pemberian itu sesuai dengan kadar niatnya” (kutipan Ali bin Abi Thalib)
Tidak sebatas menjaga pikiran agar tidak berprasangka buruk pada Allah, Rasulullah SAW pun mewanti-wanti untuk menjaga ucapan—karena ucapan yang dikeluarkan sembarangan, dapat menjelma menjadi kenyataan. Dalam suatu hadits, disebutkan bahwa janganlah seseorang meminta kejelekan pada dirinya sendiri (karena kesal, misalnya), sebab bisa jadi Allah akan mengabulkannya, atau malaikat mengaminkannya.
((( Nama dan Penamaan
Bahkan, nama anak/orang pun—dalam Islam—harus dipilih sedemikian rupa untuk mendoakan si empunya nama tersebut dalam kebaikan. Rasulullah sering mengganti beberapa nama sahabat/ shahabiyah, atau nama tempat dengan nama yang lebih baik.
Misalnya, beliau mengganti nama Ashiyah (“wanita durhaka”) menjadi Jamilah (“wanita baik”), mengganti nama Hazan (“sedih”) menjadi Sahl (“mudah”), Juwairiyah Barrah (“Juwairiyah yang bersih dari kesalahan”) menjadi Juwairiyah saja, dan nama Harb (“perang”) menjadi Salam (“damai”). Juga sahabat bernama Abdul Syamsi (yang berarti “hamba matahari”), setelah masuk Islam diganti namanya dengan Abdurrahman (“hamba dari Maha Pemurah”) oleh Rasulullah. Abdurrahman ini kelak dijuluki “Abu Hurairah” (bapak kucing) oleh para sahabat lain karena dia selalu bersama kucingnya, seolah-olah kucing itu adalah bayangannya.
Beliau juga mengganti daerah yang bernama Afrah (“berdebu dan tandus”) menjadi Khadhirah (“subur”), dan mengganti nama perkampungan Dhalalah (“sesat”) menjadi Hidayah (“petunjuk”). Terkait dengan nama, Umar bin Khattab pernah bicara dengan seseorang seperti ini :
Umar : Siapa namamu?
Orang itu : Jamrah  (“bara api”)
Umar : Siapa nama ayahmu?
Orang itu : Syihab (“jilatan lidah api”)
Umar : Dari mana asalmu?
Orang itu : Huraqah (“terbakar”)
Umar : Di bilangan mana tempat tinggalmu?
Orang itu : Harratin-Nar (“panasnya api”)
Umar : Di mana kampungmu?
Orang itu : Dzati Ladza (“membara”)
Umar  : Rumahmu terbakar, pergilah.
Ketika orang itu pulang, ternyata yang dikatakan Umar menjadi kenyataan.
Di hadits lain, Rasulullah melarang memberi nama anak dengan nama “Rahmat” dan “Rizki” (rejeki). Alasan beliau, bila si empunya nama itu tidak hadir di suatu forum, maka forum itu akan mengatakan “di sini tidak ada Rahmat”, “di sini tidak ada Rizki”—yang berarti tanpa sadar mendoakan kejelekan buat forum tersebut. Sampai segitunya, ya?
(theopage.net)

Wednesday 29 February 2012

Belajar Kehidupan


Aku belajar lebih banyak diam daripada lebih banyak berbicara
Belajar bersabar dari sebuah kemarahan
Belajar mengalah dari sebuah keegoisan
Belajar menangis dari sebuah kebahagiaan
Dan belajar tegar dari sebuah kehilangan

Hidup adalah belajar
Belajar bersyukur meskipun tak cukup
Belajar ikhlas meskipun tak rela
Belajar taat meskipun berat
Belajar memahami meskipun tak sehati
Belajar sabar meski terbebani
Belajar setia meski tergoda
Belajar memberi meski tak seberapa
Belajar mengasihi meski disakiti
Belajar tenang meski gelisah
Belajar percaya meski susah
Belajar tetap tabah meski badai cobaan datang menerpa
Karena.... hidup adalah proses belajar dan terus belajar


Say Yuswantrio
 

Wednesday 15 February 2012

Aku Mencintaimu Hari Ini



Aku mencintaimu dengan segala apa yang kau miliki. Apapun itu, sifatmu yang periang dan kocak, walau kadang suka bercanda tak tepat waktu atau tak tepat sasaran, playboy mungkin, atau masa lalumu. Yang pasti... sifatmu yang kemarin menjadikan kau hari ini begitu aku cintai.

Ikrarku, aku akan mencintaimu hari ini.

Mencintaimu hari ini, berarti melupakan dan memaafkan kesalahan juga kelemahan di waktu lalu, pun itu sedetik yang lalu. Mencintaimu hari ini berarti juga selalu melihat kelebihan dan sifat baik, atau moment yang indah saat dilalui bersamamu untuk merajut masa depan.

Aku tak akan peduli dengan apa yang orang katakan tentangmu. Karena bagiku, kau adalah segalaku. Kau akan selalu baik di mataku. Setidaknya, dengan cara itulah aku ingin membahagiakanmu

Aku mencintaimu, dengan segenap jiwaku. Kau adalah, Bintang.

Bintang tetaplah berpijar menerangi alam raya. Seluruh alam berhak mendapatkan kilaunya sinarmu. Namun aku tau, jika kau memiliki keinginan, aku yakin keinginanmu hanyalah untuk menerangi hatiku.


 

Thursday 9 February 2012

Resep Mesra Rasululloh

 
Rasulullah adalah sosok suami yang paling mesra terhadap istri-istrinya. Berikut beberapa tips untuk menjaga kemesraan yang dikompilasi dari hadis-hadis dan riwayat yang menceritakan Rasulullah SAW.

1. Suami membukakan pintu untuk istrinya, baik di kendaraan, rumah, maupun yang lain

Istilah yang cukup akrab di telinga kita, yang katanya orang-orang modern ini “Ladies First” ternyata sudah dilakukan Rasulullah sejak berabad-abad yang lalu, disaat kebudayaan lain di dunia menganggap wanita lebih rendah, bahkan diragukan statusnya sebagai “manusia”.

Dari Anas, dia berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi SAW menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah. Kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki unta tersebut.” (HR Bukhari)

2. Mencium istri ketika pergi dan datang

Sungguh hal yang romantis dan bisa menimbulkan rasa kasih sayang jika kita bisa membiasakan mencium istri/suami ketika hendak bepergian atau baru pulang.

Dari ‘Aisyah ra, bahwa NabiSAW biasa mencium istrinya setelah wudhu’, kemudian beliau shalat dan tidak mengulangi wudhu’nya.”(HR ‘Abdurrazaq)

3. Makan/minum sepiring/segelas berdua

Dari Aisyah RA, ia berkata : Saya dahulu biasa makan his (sejenis bubur) bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam “ (HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod)

Dari Aisyah Ra, ia berkata : Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum (HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur, dan riwayat lain yang senada dari Muslim.)

Nabi saw pernah minum di gelas yang digunakan Aisyah. Beliau juga pernah makan daging yang pernah digigit Aisyah.(HR Muslim No. 300)

Bahkan keberkahannya dijamin,

Diriwayatkan Abu Hurairah : “Makanan berdua cukup untuk tiga orang, makanan tiga orang cukup untuk empat orang” ( HR Bukhori (5392) dan Muslim (2058))

4. Suami menyuapi istri

Dari Saad bin Abi Waqosh ra berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : “Dan sesungguhnya jika engkau memberikan nafkah, maka hal itu adalah sedekah, hingga suapan nasi yang engkau suapkan ke dalam mulut istrimu“ (HR Bukhori (VI/293) dan Muslim (V/71)

5. Berlemah lembut, melayani/menemani istri yang sedang sakit (memanjakan istri sakit)

Diriwayatkan oleh Aisyah ra, nabi SAW adalah orang yang penyayang lagi lembut. Beliau orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. (HR Bukhari No 4750, HR Muslim No 2770)

6. Bersenda gurau dan membangun kemesraan

Aisyah dan Saudah pernah saling melumuri muka dengan makanan. Nabi SAW tertawa melihat mereka. (HR Nasai dengan isnad hasan)

Dari Zaid bin Tsabit berkata tentang Rasulullah : suka bercanda dengan istrinya (HR Bukhari)

7. Menyayangi istri dan melayaninya dengan baik

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda: Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya (HR.Tirmidzi, Ibnu Hibban, hadits hasan shahih).

8. Memberi hadiah

Dari Ummu Kaltsum binti Abu Salamah, ia berkata, “Ketika Nabi SAW menikah dengan Ummu Salamah, beliau bersabda kepadanya, Sesungguhnya aku pernah hendak memberi hadiah kepada Raja Najasyi sebuah pakaian berenda dan beberapa botol minyak kasturi, namun aku mengetahui ternyata Raja Najasyi telah meninggal dunia dan aku mengira hadiah itu akan dikembalikan. Jika hadiah itu memang dikembalikan kepadaku, aku akan memberikannya kepadamu.” Ia (Ummu Kultsum) berkata, “Ternyata keadaan Raja Najasyi seperti yang disabdakan Rasulullah SAW, dan hadiah tersebut dikembalikan kepada beliau, lalu beliau memberikan kepada masing-masing istrinya satu botol minyak kasturi, sedang sisa minyak kasturi dan pakaian tersebut beliau berikan kepada Ummu Salamah.” (HR Ahmad)

9. Tetap romantis walau istri sedang haid

Haid, adalah sesuatu yang alamiah bagi wanita. Berbeda dengan pandangan kaum Yahudi, yang menganggap wanita haid adalah najis besar dan tidak boleh didekati.

Ketika Aisyah sedang haid, Nabi SAW pernah membangunkannya, beliau lalu tidur dipangkuannya dan membaca Al Qur’an (HR Bukhari no 7945)

10. Mengajak istri makan di luar

Mungkin kebanyakan kita, lebih suka pergi bersama teman-teman, meninggalkan istri di rumah. Nah yang ini mungkin familiar, saya suka bilang ama istri “nge-date” yuk! ini bisa membangkitkan romantisme berdua. Menikmati lingkungan disekitar.

Anas mengatakan bahwa tetangga Rasulullah SAW -seorang Persia- pintar sekali membuat masakan gulai. Pada suatu hari dia membuatkan masakan gulai yang enak untuk Rasulullah SAW. Lalu dia datang menemui Rasululiah SAW untuk mengundang makan beliau. Beliau bertanya: “Bagaimana dengan ini? (maksudnya Aisyah).” Orang itu menjawab: “Tidak.” Rasulullah SAW berkata: “(Kalau begitu) aku juga tidak mau.” Orang itu kembali mengundang Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bertanya: “Bagaimana dengan ini?” Orang itu menjawab: “Tidak.” Rasulullah kembali berkata: “Kalau begitu, aku juga tidak mau.” Kemudian, orang itu kembali mengundang Rasulullah saw. dan Rasulullah saw. kembali bertanya: “Bagaimana dengan ini?” Pada yang ketiga kalinya ini orang Persia itu mengatakan: “Ya.” Akhirnya mereka bangun dan segera berangkat ke rumah laki-laki itu.” (HR Muslim)

11. Mengajak istri jika hendak ke luar kota.

Biasanya para suami, kalau ada tugas ke luar kota, hal-hal seperti ini dijadikan kesempatan. Tapi tak ada salahnya kalau rejeki kita cukup, kita ajak istri kita pergi juga, tinggal bilang sama bos (syukur-syukur kalau bos mau bayarin hehehe..), kalo saya biasanya biaya sendiri.

Aisyah berkata: “Biasanya Nabi saw. apabila ingin melakukan suatu perjalanan, beliau melakukan undian di antara para istri. Barangsiapa yang keluar nama/nomor undiannya, maka dialah yang ikut pergi bersama Rasulullah saw.’ (HR Bukhari dan Muslim)

12. Menghibur diri bersama istri ke luar rumah (entertainment)

Dari Aisyah, dia berkata: “Pada suatu hari raya orang-orang berkulit hitam mempertontonkan permainan perisai dan lembing. Aku tidak ingat apakah aku yang meminta atau Nabi saw. sendiri yang berkata padaku: ‘Apakah aku ingin melihatnya?’Aku jawab: ‘Ya.’ Lalu beliau menyuruhku berdiri di belakangnya. Pipiku menempel ke pipi beliau. Beliau berkata: ‘Teruskan main kalian, wahai Bani Arfidah (julukan orang-orang Habsyah)!’ Hingga ketika aku sudah merasa bosan beliau bertanya: ‘Apakah kamu sudah puas?’Aku jawab: ‘Ya.’ Beliau berkata: ‘Kalau begitu, pergilah!’” (HR Bukhari dan Muslim)

13. Mencium istri sering-sering

Mencium istri dengan penuh kasih sayang, sangatlah mulia dan romantis. Berbeda dengan ciuman yang dilakukan karena nafsu seperti di film-film yang kebanyakan ada di layar kaca.

Nabi saw sering mencium Aisyah dan itu tidak membatalkan puasa (HR Nasai dalam Sunan Kubra II/204)

14. Suami mengantar istri

Kadang banyak dari kita malas mengantar istri kita bepergian. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana jika istri saya keluar rumah sendirian, ada masalah di jalan dia kebingungan.

Shafiyyah, istri Nabi SAW, menceritakan bahwa dia datang mengunjungi Rasulullah saw. ketika beliau sedang melakukan i’tikaf pada hari sepuluh yang terakhir dari bulan Ramadhan. Dia berbicara dekat beliau beberapa saat, kemudian berdiri untuk kembali. Nabi saw. juga ikut berdiri untuk mengantarkannya.” (Dalam satu riwayat492 dikatakan: “Nabi SAW berada di masjid. Di samping beliau ada para istri beliau. Kemudian mereka pergi (pulang). Lantas Nabi saw. berkata kepada Shafiyyah binti Huyay: ‘Jangan terburu-buru, agar aku dapat pulang bersamamu’”) (HR Bukhari dan Muslim)

15. Suami istri berjalan dimalam hari

Duh, so sweet.. Jalan berdua menikmati keindahan alam.

Rasulullah datang pada malam hari, kemudian mengajak aisyah berjalan-jalan dan berbincang-bincang (HR Muslim 2445)

16. Panggilan khusus pada istri

Kadang kita memanggil istri kita, honey, yayank, dan seterusnya, dan seterusnya.. seperti itu pun Rasulullah.

Nabi saw memanggil Aisyah dengan Humairah artinya yang kemerah-merahan pipinya. Rasulullah juga suka memanggil aisyah dg sebutan “aisy/aisyi”, dalam culture arab pemenggalan huruf terakhir menunjukan “panggilan manja/tanda sayang”

17. Memberi sesuatu yang menyenangkan istri

Dari Said bin Yazid, bahwa ada seorang wanita datang menemui Nabi, kemudian Nabi bertanya kepada ‘Aisyah: “Wahai ‘Aisyah, apakah engkau kenal dia?” ‘Aisyah menjawab: “Tidak, wahai Nabi Allah.” Lalu, Nabi bersabda: “Dia itu Qaynah dari Bani Fulan, apakah kamu mau ia bernyanyi untukmu?”, maka bernyanyilah qaynah itu untuk ‘Aisyah. (HR. An Nasa’i, kitab Asyratun Nisa’, no. 74)

18. Memperhatikan perasaan istri

“Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan begitu pula dengan istrinya, maka Allah memperhatikan mereka dengan penuh rahmat, manakala suaminya merengkuh telapak tangan istrinya dengan mesra, berguguranlah dosa-dosa suami istri itu dari sela jemarinya” (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar- Rafi’ dari Abu Sa’id Alkhudzri r.a)

19. Segera menemui istri jika tergoda.

Dari Jabir, sesungguhnya Nabi saw pernah melihat wanita, lalu beliau masuk ke tempat Zainab, lalu beliau tumpahkan keinginan beliau kepadanya, lalu keluar dan bersabda, “Wanita, kalau menghadap, ia menghadap dalam rupa setan. Bila seseorang di antara kamu melihat seorang wanita yang menarik, hendaklah ia datangi istrinya, karena pada diri istrinya ada hal yang sama dengan yang ada pada wanita itu.” (HR Tirmidzi)

20. Berpelukan saat tidur

Tidak saya deskripsikan, soalnya ada yang belum merid lho? (HR Tirmidzi 132)

21. Membantu pekerjaan rumah tangga

Hal inilah yang kadang-kadang masih males. Tapi jika dikerjakan berdua, biasanya jadi tidak berasa, sambil becanda ataupun ngobrol-ngobrol.

Aisyah pernah ditanya: “Apa yang dilakukan Nabi saw. di rumahnya?” Aisyah menjawab: “Beliau ikut membantu melaksanakan pekerjaan keluarganya.” (HR Bukhari)

22. Mengistimewakan istri

Dari Anas, dia berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi SAW menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah.” (HR Bukhari)

23. Mendinginkan kemarahan istri dengan mesra

Nabi saw biasa memijit hidung ‘Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, Wahai ‘Aisy, bacalah do’a: ‘Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni)

24. Tiduran di pangkuan istri

Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Nabi SAW biasa meletakkan kepalanya di pangkuanku walaupun aku sedang haidh, kemudian beliau membaca al-Qur’an.” (HR ‘Abdurrazaq)

25. Mandi romantis bersama pasangan

Aisyah pernah mandi satu bejana bersama Nabi saw (HR Nasai I/202)

26. Disisir istri

Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Saya biasa menyisir rambut Rasulullah saw,saat itu saya sedang haidh”.(HR Ahmad)

27. Minum bergantian pada tempat yang sama

Dari ‘Aisyah ra, dia berkata, “Saya biasa minum dari muk yang sama ketika haidh, lalu Nabi mengambil muk tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat saya meletakkan mulut saya, lalu beliau minum, kemudian saya mengambil muk, lalusaya menghirup isinya, kemudian beliau mengambilnya dari saya, lalu beliau meletakkan mulutnya pada tempat saya meletakkan mulut saya, lalu beliau pun menghirupnya.” (HR ‘Abdurrazaq dan Sa’id bin Manshur)

28. Membelai istri

“Adalah Rasulullah saw tidaklah setiap hari melainkan beliau mesti mengelilingi kami semua (istrinya) seorang demi seorang. Beliau menghampiridan membelai kami dengan tidak mencampuri hingga beliau singgah ke tempat istri yang beliau giliri waktunya, lalu beliau bermalam di tempatnya.” (HR Ahmad)

Dan masih banyak tips lain yang bisa dilakukan sesuai kreatifitas Anda semua.

Nabi saw bersabda, “Yang terbaik di antana kalian adalah yang terbaik terhadap keluarga/istrinya. Dan saya adalah orang yang paling baik terhadap istri/keluargaku” (HR Tirmidzi).

Semoga bermanfaat. Semoga menjadi keluarga yg sakinah, mawadah, wa rohmah selalu. Amin..
 
share dari Arif Suryawan

Saturday 4 February 2012

Curahan Hati


"...Tak ada yang muluk dari obat flu dan air putih. Tapi kamu mempertanyakannya seperti putri minta dibuatkan seribu candi dalam semalam."

Sahabatku, usai tawa ini
Izinkan aku bercerita:

Telah jauh, ku mendaki
Sesak udara di atas puncak khayalan
Jangan sampai kau di sana

Telah jauh, ku terjatuh
Pedihnya luka di dasar jurang kecewa
Dan kini sampailah, aku disini...

Yang cuma ingin diam, duduk di tempatku
Menanti seorang yang biasa saja
Segelas air di tangannya, kala kuterbaring... sakit
Yang sudi dekat, mendekap tanganku
Mencari teduhnya dalam mataku
Dan berbisik : "Pandang aku, kau tak sendiri, oh dewiku..."
Dan demi Tuhan, hanya itulah yang kuinginkan
Itu saja ku inginkan

Sahabatku, bukan maksud hati membebani,
Tetapi...

Telah lama, kumenanti
Satu malam sunyi untuk ku akhiri
Dan usai tangis ini, aku kan berjanji...

Untuk diam, duduk di tempatku
Menanti seorang yang biasa saja
Segelas air di tangannya, kala ku terbaring... sakit
Menentang malam, tanpa bimbang lagi
Demi satu dewi yang lelah bermimpi
Dan berbisik : "Selamat tidur, tak perlu bermimpi bersamaku..."

Wahai Tuhan, jangan bilang lagi itu terlalu tinggi 


dee

Cukup Cintai Dalam Diam



Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, 
cukup cintai ia dalam diam...
karena diamku adalah salah satu bukti cintaku padanya...

Ku ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang, 
ku tak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya...


karena diamku memuliakan kesucian diri dan hatiku... 
menghindarkan diriku dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahku...


karena diamku bukti kesetiaanku padanya...
karena mungkin saja orang yang ku cinta adalah juga orang yang telah Allah SWT pilihkan untukku...
Ingatkah kita tentang kisah Fatimah dan Ali?
yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan...
tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah


karena dalam diamku tersimpan kekuatan... kekuatan harapan... 
hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintaku yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata...

Bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap padaNya?


dan jika memang 'cinta dalam diam' itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata,
ku biarkan ia tetap diam...


Jika dia memang bukan milikku, toh Allah, melalui waktu akan menghapus 'cinta dalam diam' itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat ...


Biarkan 'cinta dalam diam' itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatiku menjadi rahasia antara aku dengan Sang Pemilik hatiku ...

Jakarta, 3 Februari 2012

Mencintai Sejantan 'Ali



Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya.

Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.

Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta.

Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama,mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.

Ini yang tak mungkin dilakukan anak kurang pergaulan seperti ’Ali. Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.

Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insyaAllah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.

”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.

Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa,seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka,seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn Al Khaththab.

Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan,sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin?
Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar”. Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.

Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam.
Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”

’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu menyeruak. Lamaran ’Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah?

Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya.
Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.

”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.
Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!”
Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi. Dan ia pun bingung.
Apa maksudnya?
Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan.
Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko.
Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar t***l! T***l!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”
Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang.
Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel,“Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”

Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali.

Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”

‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? dan Siapakah pemuda itu” Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”

Kita bisa belajar lebih jauh dari ‘Ali dan Fathimah bahwa ternyata keduanya telah memiliki perasaan yang sama semenjak mereka belum menikah tetapi dengan rapat keduanya menjaga perasaan itu.
Perasaan yang insyaAllah akan indah ketika waktunya tiba.